Pria Uighur Ditangkap Setelah Membocorkan Surat dari Kamp Xinjiang

Kepala Kamp Pendidikan Vokasi Etnis Uighur Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, Mijiti Meimeit (kanan) memandu wartawan yang berkunjung, Jumat, 3 Januari 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Irfan Ilmie

VIVA – Seorang pria Uighur yang membocorkan surat-surat dari kerabatnya di kamp-kamp pengasingan rahasia China di Xinjiang telah ditahan.

Sosok Striker China dari Etnis Uighur yang Bobol Gawang Timnas Indonesia

Abdurahman Memet merupakan seorang pemandu wisata di Turpan. Tahun lalu, dia menerima surat dari orangtua dan saudara lelakinya yang ditulis dari pusat-pusat penahanan di wilayah paling barat, di mana sebanyak 1,5 juta Muslim diyakini telah ditahan dalam kamp “pendidikan ulang” politik dan kamp lainnya.

Pada Juli 2019 lalu, surat-surat itu diterjemahkan dan diterbitkan dalam Xinjiang Victims Database, sebuah situs penyimpanan dan pengawasan publik. Dokumen langka itu lalu menyebar dengan cepat secara online. Dalam waktu kurang dari seminggu, Memet menghilang.

Uighur di Bawah Bayang-Bayang Beijing, Identitas Islam Dihapus Paksa

Muherrem Muhammad Ali, keponakan Memet yang tinggal di luar negeri mengatakan, pamannya telah mengirimkan surat-surat sebagai bukti tentang penahanan banyak orang termasuk keluarga mereka. Dia memutuskan untuk menerbitkannya bulan lalu di basis data.

"Dia percaya surat-surat itu adalah bukti. Di keluarga kami, ada 10 orang yang ditahan, jadi ini adalah bukti," kata Muhammad Ali yang memegang surat-surat itu selama hampir setahun sebelum memberikannya kepada para aktivis untuk diunggah secara online.

Mahasiswa Pasundan Kecam Kekejaman Terhadap Etnis Muslim di Uighur, Minta Pemerintah Lakukan Ini

"Saya ingin mempublikasikan pengalaman keluarga saya untuk membangkitkan hati nurani orang untuk mengatakan tidak pada rezim ini dan menyelamatkan orang-orang Uighur, dan menyelamatkan budaya ini," ujarnya seperti diberitakan The Guardian.

"Bukan hanya saya yang telah mengalami nasib ini, tetapi jutaan rumah tangga orang telah hancur dan keluarga terpecah belah. Mereka terpaksa meninggalkan rumah mereka," kata pria berusia 30 tahun itu.

Surat-surat yang ditujukan kepada Memet dan juga saudara iparnya tampaknya ditujukan untuk menghibur anggota keluarga serta mendukung versi kamp pemerintah yang diklaim oleh pemerintah Beijing sebagai pusat pelatihan kejuruan.

Dalam surat tersebut ibu Memet menulis bahwa asrama berada dalam kondisi baik dilengkapi dengan air panas, kamar mandi dan AC. Para tahanan juga diberikan makanan, tempat tinggal, pakaian dan bahan pelajaran 'gratis.

Sementara itu dalam surat kedua yang lebih panjang, saudara laki-laki Memet menulis kepada istrinya bahwa dia menangis dengan air mata kebahagiaan setelah mendengar dia tidak akan dihukum penjara karena kejahatan “belajar berdoa dari ayah” pada usia 15 tahun pada tahun 1987.

Sebaliknya ia mengaku menerima pelatihan dari guru berpengetahuan dan polisi yang berani yang tinggal bersama para tahanan siang dan malam dan terus menerus memberikan kelas-kelas dalam bahasa dan hukum nasional. Mereka juga dipaksa belajar bahasa Mandarin dan berjanji setia kepada partai komunis Tiongkok.

Dalam waktu dua hari setelah dokumen itu diunggah, Memet memberi tahu Muhammad Ali bahwa dia telah menerima telepon dari polisi yang meminta untuk mengaui dengan siapa dia telah membagikan surat-surat itu.

Akhir Juli, Muhammad Ali mengetahui bahwa pamannya itu telah ditahan di Turpan. Polisi di Turpan tidak menanggapi permintaan dari Wali untuk memberikan komentar soal penahanan tersebut. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya