- KCNA via South China Morning Post
VIVA – Korea Utara menolak melakukan pembicaraan lebih jauh mengenai perdamaian dengan Korea Selatan. Dikutip dari laman BBC, pihak Korea Utara menuding bahwa hal ini terjadi sepenuhnya akibat kesalahan yang jutsru dilakukan oleh Korea Selatan.
Hal itu disampaikan sebagai respons atas pidato Presiden Korea Selatan Moon Jae-in yang sebelumnya menyatakan bahwa dia optimistis penyatuan Korea akan berjalan. Moon Jae-in memperkirakan bahwa tahun 2045, Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) akan bersatu dan mengakhiri dengan riil Perang Korea yang terjadi sekaligus ketegangan yang mengikutinya selama ini.
Sembari merespons Korea Selatan, pihak Korut juga pada hari ini malah menguji coba dua rudalnya melintasi lautan bagian timur sebagaimana dilaporkan oleh militer Korsel.
Uji coba ini sudah yang keenam dalam waktu kurang dari satu bulan. Sementara enam hari lalu, Korea Utara juga menembakkan rudal balistik jarak pendek ke lautan Jepang.
Uji coba demi uji coba ini dilakukan tak lama setelah adanya pertemuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Juni 2019 lalu yang sempat membahas negosiasi denuklirisasi.
Diketahui bahwa selama ini Korea Utara sedang menghadapi sanksi internasional atas pengembangan senjata nuklir yang dilakukan negara itu. AS sebagai motor utama menekan Korea Utara atas hal tersebut. Presiden Donald Trump mengingatkan bahwa tak akan ada pelonggaran sanksi kecuali mereka menemukan bukti bahwa Korea Utara memang secara progres dan signifikan sudah melakukan denuklirisasi.
Korea Utara dan Korea Selatan terpecah pada akhir Perang Dunia II. Hingga saat ini nuklir menjadi salah satu momok bagi kedua negara untuk bisa berdamai. Perang urat saraf dan saling ancam masih terjadi. (ren)
Alasan Korea Utara Ledakkan Kantor Penghubung Korsel
Korut sampai menyebut Korsel 'Anjing Kampung'
