Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa, Hasanuddin Wahid

Manajemen Statis dan Dinamis Partai Jadi Kunci Kemenangan

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa PKB Muhammad Hasanuddin Wahid.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Nama Hasanuddin Wahid tak pernah disebut dalam kandidat calon Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB. Menjelang pemilihan sekjen, ada lima nama besar yang masuk bursa kandidat, termasuk Hanif Dhakiri, Faisol Riza, dan Ida Fauziah.

Prabowo Tegaskan Bung Karno Milik Rakyat, Bukan Milik Satu Partai

Tapi ketika diumumkan, nama Hasanuddin Wahid justru muncul. Tak ada yang menduga, karena selama ini Cak Udin, demikian dia biasa disapa, lebih banyak berperan di belakang layar. Cak Udin mengaku telah menjabat sebagai salah satu wakil sekjen selama tujuh tahun. 

Menurutnya, dalam sebuah organisasi ada yang statis dan ada yang dinamis. Kerja kesekretariatan seperti wasekjen adalah kerja yang statis. Tetapi, ia menjalankannya dengan kesadaran penuh, mesin partai tak akan berjalan jika semua kader ingin jadi dinamis. Ia mengaku membantu menyiapkan semua perangkat, demi keberlangsungan dinamika partai. 

Gerindra: Prabowo Sudah Kantongi Nama untuk Pilgub Jakarta 2024

Meski jarang sekali tampil di media massa, pria kelahiran 44 tahun lalu itu, dikenal sebagai orang yang dipercaya oleh Ketum PKB, Muhaimin Iskandar untuk menggerakkan mesin partai, demi mengampanyekan Cak Imin sebagai kandidat wapres untuk mendampingi Jokowi.

Ia bekerja di berbagai wilayah untuk mengusung dukungan bagi Cak Imin. Jadi, meski jarang muncul, Cak Imin tahu bagaimana sepak terjang Hasan.

Digitalisasi dan Manajemen Logistik jadi Perhatian Lion Parcel untuk Dukung UMKM Jangkau Pasar

Pekan lalu, Hasanuddin Wahid memenuhi permintaan VIVAnews untuk melakukan wawancara khusus. Kepada VIVAnews, ia yang berpegang pada prinsip sami'na wa atho'na (kami dengar dan kami patuh) pada pimpinan, bercerita tentang proses hingga ia terpilih, apa saja yang sudah dilakukan, dan apa saja yang akan ia lakukan untuk membuat perolehan angka dari PKB terus melonjak. Berikut petikannya:

Bisa dijelaskan bagaimana ceritanya Anda terpilih jadi Sekjen PKB?

Kalau kenapa bisa saya ditunjuk sebagai Sekjen, silakan ditanyakan kepada ketua umum saja. Hehehe (terkekeh).  Saya sendiri, sebenarnya juga tidak paham kenapa Ketum memilih saya. Yang pasti, ketum memiliki pertimbangan sendiri. Karena jujur saja, ketika nama saya diumumkan, saya tidak ada di lokasi. Kebetulan waktu itu, saya sedang mendampingi Ketum Pagar Nusa, yang sedang ada acara. Saya kan Sekum di Pagar Nusa. Ketika nama saya disebut, saya langsung menghadap ketua umum Cak Imin. Ya sudah, saya sami'na waatho'na saja.

Sebelumnya tidak ada obrolan dari ketum ke Anda?

Ketum pasti sudah berdiskusi dengan banyak pihak. Pastinya ya.

Ketum tidak pernah menawari posisi itu kepada Anda?

Enggak. Saya bilang, monggo saja, terserah ketum saja. Karena, kita semua pasukan. Di mana-mana, konduktor orkestra itu hanya satu, ketua umum. Jadi, siapapun dia, selain mandataris, dia adalah pemain musik yang harus tunduk atau mengikuti pada goyangan tongkat konduktor. 

Begitu juga di PKB ini, selama ini kami diajari seperti itu, baik di Pagar Nusa, di PKB begitu. Yang namanya imam salat itu ya cuma satu, masa ada imam salat dua orang? Jadi, saya tak menyangka akan ditunjuk jadi sekjen. Kalau boleh jujur, lima menit sebelum pengumuman, saya baru tahu informasi soal sekjen itu. Karena kita terbiasa sami'na wa'atho'na, ya sudah kita manut saja.

Apakah ada pesan khusus dari Cak Imin?

Pasti. Cak Imin sebagai ketua umum memberikan pesan kepada saya, untuk menjalankan tugas-tugas kepartaian. Cak Imin bilang, mandat utama bagi PKB itu adalah PKB mempunyai cita-cita besar di tahun 2024. 

Apa pesan khusus Cak Imin?

Karena PKB di bawah Cak Imin ini kan sudah bermetamorfosis selama tiga tahap, pertama dari partai NU menjadi partai Islam. Jadi, koor ya dulu itu dari 1999-2004 itu kan kelihatan kan ke-NU-annya. Begitu juga, dengan perolehan kursi di DPR, di mana NU kuat di situlah PKB berjaya. Dulu seperti itu. 

Kemudian, Cak Imin bilang kita harus bertransformasi sebagai partai Islam untuk Indonesia. Itulah transformasi kedua yang dilakukan oleh Cak Imin, dan terbukti pada tahun 2014, PKB diidentifikasi sebagai partai politik berbasis Islam pertama pemenang pemilu pascareformasi. Ketika itu, PKB mengangkat isu partai Islam Rahmatan Lil ‘Al-Aamiin.

Setelah itu, Cak Imin kembali bilang, kita harus melakukan transformasi ketiga, yaitu menjadikan PKB sebagai partai nasionalis, yang isinya ada NU, ya Islam, ya Abangan, ya Katolik, ya Kristen, ya Jawa, ya luar Jawa. Nah, di pemilu 2019 ini pun terbukti berhasil, suara kita naik sangat signifikan. 
 
Ini prestasi tinggi untuk PKB. Bagaimana peta sebarannya? 

Sepanjang sejarah didirikannya partai ini, ini adalah capaian tertinggi. baik dari jumlah kursi, maupun sebarannya. Pada pemilu 2019 kemarin, kita di pulau Jawa itu pecah telor di dua dapil, pertama itu dapil Jawa Tengah. Di Sragen, kita berhasil dapat satu kursi. Kemudian di Bogor, yang dari dulu kita tidak pernah dapat, karena Bogor itu dari dulu kan basisnya kanan. Itu artinya, Cak Imin berhasil menjadikan partai ini sebagai partai agamis dan nasionalis.

Bagaimana di luar Jawa? 

Di luar Jawa, di NTT kita berhasil dapat dua kursi di Dapil  NTT. Itu pecah telor kita. Kan di sana, basis non-muslim. Di Sulsel, kita dapat dua kursi. Aceh di dua dapil kita dapat masing-masing satu kursi. Apa yang dilakukan Cak Imin di 2014 kemarin, kita telah berhasil melakukan transformasi ketiga, dari partai Islam menjadi partai nasionalis yang berbeda dari partai yang lain. PKB partai agamis nasionalis, karena sejatinya Indonesia itu, ya agamis nasionalis. 

Agamis itu bukan berarti Islamis. Agamis itu artinya universal. Kalau awakmu Kristen jadi Kristen sing apik, kan ngono toh. kalau awak mu Katolik, jadi Katolik sing apik, kalau awakmu Islam, jadi Islam sing apik. Itu agamis, sehingga dari agamis menjadi nasionalis. Seperti itu. 

Transformasi ini yang membuat PKB sukses mendulang suara? 

Nah, transformasi ketiga ini Alhamdulillah menjadikan PKB pada pemilu kemarin mendapatkan 58 kursi di DPR RI. Dan yang terpenting, secara sebaran perolehan kursinya sangat merata, dan itu membuktikan bahwa Cak Imin telah berhasil menunjukkan kepada masyarakat bahwa partai ini tidak hanya di Jawa saja. Kalau dulu kan, tidak banyak perolehan kursi di luar Jawa. Sekarang, hampir semua Dapil di luar Jawa terisi, minus Bali. 

Ketua Komisi II DPR RI, Ahmad Doli Kurnia

DPR Sebut UU Kementerian Negara Sudah Usang, Perlu Direvisi

Ketua Komisi II DPR RI, Ahmad Doli Kurnia mengungkapkan revisi UU nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara sangat diperlukan untuk mengikuti perkembangan zaman.

img_title
VIVA.co.id
10 Mei 2024