Peringkat Daya Saing RI Turun, Kadin: Masalah Produktivitas

Ketua Umum Kadin Rosan P Roeslani.
Sumber :
  • M Yudha Prastya/VIVA.co.id

VIVA – Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia mengatakan, persoalan turunnya indeks daya saing Indonesia menurut laporan World Economic Forum, lebih disebabkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang produktivitas dan keterampilannya dianggap rendah.

Gibran: Hilirisasi Tingkatkan Daya Saing Produk Indonesia

Ketua Umum Kadin, Rosan Perkasa Roeslani menjelaskan, secara nilai, peringkat Global Competitiveness Index Indonesia memang turun lima peringkat, yakni menjadi ke-50 dengan nilai yang hanya turun 0,3 poin menjadi 64,6. Namun, nilai skill tenaga kerja saat ini memang hanya dipatok sebesar 56,3.

"Jadi walaupun ditanya secara penilaiannya enggak turun lah boleh dibilang. Tapi secara peringkat kita turun lima peringkat. Ya kembali lagi ini kalau kita lihat lebih dalam lagi masalah produktivitas dan SDM, yang di mana memang sudah menjadi perhatian pemerintah dan dunia usaha," ujar Rosan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis 10 Oktober 2019.

Peringkat Daya Saing RI Melejit ke Posisi 34, Jokowi: Kenaikan Tertinggi di Dunia

Akan tetapi, lanjut dia, persoalan tersebut sudah direspons dengan baik oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk periode kedua pemerintahannya, yakni dengan mengutamakan perbaikan sumber daya manusia yang unggul, khususnya melalui dukungan program vokasi dan sekolah menengah kejuruan atau SMK.

Berdasarkan laporan World Economic Forum tersebut, memang, nilai rendah untuk produktivitas atau keterampilan diberikan hanya untuk tenaga kerja saat ini. Tetapi, untuk produktivitas dan skill tenaga kerja Indonesia mendatang ditargetkan cukup tinggi, yakni 71,7 dan 69,3.

Kalahkan Jepang, Peringkat Daya Saing Indonesia Naik ke Posisi 34

"Dan ke depannya kan memang dalam lima tahun ke depan prioritasnya SDM, tentunya selain infrastruktur dan lain-lain. Jadi sudah diidentifikasi juga masalah produktivitas, dan juga bagaimana supaya tidak terjadi missmatch antara tenaga kerja yang dibutuhkan dan tenaga kerja yang siap kerja," tuturnya.

Menurutnya, persoalan produktivitas dan keterampilan SDM bukan hanya harus diselesaikan oleh pemerintah semata, melainkan juga harus bisa diselesaikan oleh pelaku usaha. Karena itu, kebutuhan untuk menyediakan pelatihan dan pendidikan vokasi ataupun magang di tingkat industri penting segera dilakukan.

"Ini tidak bisa hanya dipikirkan pemerintah sendiri, dunia usaha sendiri, ini harus dipikirkan bersama. Memang tidak semua harus masuk universitas, kita sudah melakukan bagaimana meningkatkan SDM melalui program vokasi, training dan education, kita sudah kerja sama dengan Kadin Jerman dan Econit," ujar dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya