Belanja Pemerintah Lebih Cepat Tahun Ini, Defisit APBN Melebar

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Kementerian Keuangan mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN hingga Oktober 2019 mengalami kenaikan cukup tinggi, yakni menjadi sebesar Rp289,1 triliun, atau sebesar 1,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Kemenkeu Catat Aset Tanah PTNBH Senilai Rp161,30 Triliun

Defisit tersebut naik bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp229,7 triliun. Defisit pada periode itu terhadap PDB hanya sebesar 1,56 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, defisit tersebut mengalami lonjakan, karena pendapatan negara hanya mampu tumbuh sebesar 1,2 persen, jauh lebih rendah dari belanja negara yang tumbuh lebih cepat, yakni mencapai 4,5 persen.

Pemanfaatan Aset Negara Buat Bangun IKN Jadi Fokus Kerja DJKN 2022

Adapun untuk tahun sebelumnya, pendapatan negara tercatat mengalami pertumbuhan jauh lebih cepat, yakni mencapai sebesar 21,3 persen. Sedangkan, belanja negara tumbuh jauh lebih lambat, yakni hanya sebesar 11,9 persen. 

"APBN kita desainnya defisit akan mencapai Rp296 triliun pada tahun ini. Untuk Oktober sudah mendekati total defisit, ini kenaikan defisit cukup besar dibanding tahun lalu," kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa, 24 September 2019.

Mau Beli ORI021 Bunga 4,9 Persen, Ini 28 Mitra Distribusinya

Secara nominal, lanjut Sri, pendapatan negara hingga akhir Oktober 2019, tercatat mencapai sebesar Rp1.508,9 triliun atau sudah mencapai 69,7 persen terhadap target pendapatan negara dalam APBN 2019 yang sebesar Rp2.165,1 triliun.

Sementara itu, untuk belanja negara pada periode tersebut tercatat sebesar Rp1.798 triliun atau telah mencapai 73,1 persen dari target pendapatan negara dalam APBN 2019, yang sebesar Rp2.461,1 triliun.

Sri mengungkapkan, dengan catatan itu, maka keseimbangan primer Oktober 2019 mengalami kontraksi Rp68,4 triliun. Jauh lebih tinggi dibanding posisi yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat kontrkasi Rp16,5 triliun. 

"Dari sisi pembiayaan cukup aman karena kita melakukan startegi front loading dan dengan tendesi suku bunga global menurun maka kita bisa financing cukup aman dengan biaya yang bisa dijaga," tegas Sri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya