HSBC: Perusahaan di ASEAN Raih Peringkat Teratas Prospek Pertumbuhan

Ilustrasi kegiatan ekspor.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara menempati peringkat teratas secara global dalam prospek pertumbuhan dan tanggung jawab keberkelanjutan yang dicanangkan Perserikatan Bangsa Bangsa. Namun, komitmen itu perlu direalisasikan secara praktis.

Pengadaan Vaksin COVID-19, HSBC Kasih Pembiayaan Bio Farma Rp2,6 T

Temuan itu didapat dari survei HSBC bertajuk ‘Navigator: Now, next and how’, yang melibatkan lebih dari 9.100 perusahaan di 35 negara dan wilayah, termasuk pandangan para pembuat keputusan kunci di 2.299 perusahaan di Asia Tenggara.

Survei Navigator yang dikutip dari rilis HSBC, Kamis 12 Desember 2019 mengungkapkan bahwa 81 persen perusahaan di Asia Tenggara memproyeksikan pertumbuhan bisnis pada 2020. Proyeksi ini lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 79 persen. 

HSBC Bagi-bagi Oksigen dan Uang Tunai ke Ribuan Pasien COVID-19

Selain itu, 76 persen perusahaan Asia Tenggara yang disurvei percaya bahwa mereka memiliki peran dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) PBB, dibandingkan dengan rata-rata global 63 persen.

Optimisme dari perusahaan-perusahaan Asia Tenggara mencerminkan pertumbuhan dan demografi yang menguntungkan di wilayah tersebut. Secara kolektif, produk domestik bruto (PDB) 10 negara gabungan ASEAN mencapai hampir US$3 triliun pada 2018.

HSBC Setop Produksi Kartu Kredit dan Debit Bahan Plastik Sekali Pakai

Angka ini lebih tinggi dari Inggris, Prancis atau India, dan kawasan ini telah mengalami tingkat pertumbuhan hingga 5 persen selama beberapa tahun.

Namun, kasus untuk pembangunan berkelanjutan di Asia Tenggara tidak dapat disangkal mengingat wilayah ini semakin nyata terkena dampak perubahan iklim secara tidak proporsional. Sebagai contoh, Lloyd memperkirakan bahwa ada risiko kehilangan US$ 22,5 miliar dari PDB hanya karena dampak bencana banjir di kota-kota Asia Tenggara. 

Jika dibiarkan tidak terselesaikan, Bank Pembangunan Asia memperkirakan bahwa perubahan iklim dapat mengurangi PDB Asia Tenggara sebesar 11 persen pada akhir abad ini. 

Matthew Lobner, Head of International and Head of Strategy & Planning, HSBC Asia-Pacific mengatakan, "ASEAN merupakan ‘rumah’ bagi beberapa bisnis yang paling optimis di dunia dan perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan tinggi ini sangat menyadari bahwa tujuan keberlanjutan dan komersial berjalan seiring". 

Menurut Lobner, melihat perusahaan-perusahaan Asia Tenggara mempunyai minat terhadap SDGs PBB memang menyenangkan, namun harus menjadi tindakan yang nyata. "Manakala investor dan pemerintah meningkatkan fokus mereka pada keberlanjutan, perusahaan pun sekarang harus memberikan fokus pada hal ini,” tuturnya.

HSBC pun memberikan saran bagi perusahaan untuk dapat secara progresif menjadikan keberlanjutan sebagai bagian dari strategi dan operasinya. Saran HSBC itu di antaranya:

Berpikir jangka panjang dan pendek: Keputusan yang dibuat sekarang akan berpengaruh di masa datang. Dampak perubahan iklim bersifat sistemik, menyeluruh, dan tetap.

Berpikir secara menyeluruh: Mempertimbangkan segala sesuatunya dimulai dari penggunaan energi listrik, portofolio aset, asal usul sumber daya, pengemasan dan pengiriman produk, sampai kepada kesiapan operasional. Maksudnya adalah melibatkan seluruh lapisan organisasi dan memasukkan pertimbangan-pertimbangan terkait lingkungan dan hal-hal sosial ke dalam bisnis dan keputusan investasi.

Berpikir global: Mencairnya gletser dan naiknya permukaan air laut tidak hanya berakibat buruk untuk penghuni kawasan Greenland atau Tuvalu. Hal-hal ini berdampak luas, terutama pada masa sekarang ini di mana seluruh dunia terhubung.

Mengikuti perkembangan: Perubahan teknologi dan inovasi hijau bisa menjadi alternatif untuk menekan karbon, sejalan dengan peraturan lingkungan, opsi pembiayaan berkelanjutan dan perkembangan ekspektasi investor serta pelanggan.

Bertindak sekarang dan memberi contoh: Strategi bisnis dan produk tidak dapat digeser dalam semalam, tindakan awal adalah kuncinya.

Sumit Dutta, presiden direktur PT Bank HSBC Indonesia, mengatakan, "Keberlanjutan akan mendorong nilai dan membantu mengamankan kelangsungan bisnis jangka panjang, dan kegagalan untuk melakukan sebuah tindakan sekarang dapat sangat menghambat peluang pertumbuhan Indonesia. Sementara itu, kemajuan pesat sudah dibuat". 

Lima tahun ke depan, dia melanjutkan, merupakan waktu yang penting bagi bisnis untuk memastikan bahwa keberlanjutan tertanam di seluruh lini bisnis dan juga mata rantai.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya