Dua Tren Ritel yang Harus Diantisipasi RI Pasca Pandemi COVID-19

Ilustrasi belanja online dan offline.
Sumber :

VIVA – Wealth and Personal Banking Director PT Bank HSBC Indonesia, Edi Tjahja Negara, menjelaskan bahwa terdapat dua tren yang sangat penting dan harus diantisipasi, dalam konteks pemulihan pasar ritel perbankan di masa pasca pandemi COVID-19 ini.

AstraZeneca Tarik Vaksin COVID-19 di Seluruh Dunia, Ada Apa?

Dia menjelaskan, perspektif ritel HSBC memiliki dua emerging plan atau rencana yang muncul, yang akan mempengaruhi recovery ekonomi kita secara keseluruhan.

"Yang pertama adalah perubahan 'spending behavior' atau perilaku belanja, di mana selama 12 bulan terakhir ini kita dipaksa mengubahnya. Jadi yang biasanya offline berubah jadi online," kata Edi dikutip VIVA, Rabu 10 Maret 2021.

Pengusaha Ritel Buka-bukaan Alasan Pembatasan Pembelian Gula

Selain itu, Edi mengaku bahwa pihaknya juga melihat penurunan yang sangat signifikan untuk hal-hal yang berhubungan dengan 'spending leisure', misalnya seperti liburan, travel, dan industri hotel yang terdampak sangat luar biasa oleh pandemi COVID-19 ini.

Kemudian yang kedua, Edi menjelaskan bahwa adanya pola adaptasi teknologi yang lebih cepat, daripada yang telah perhitungkan sebelumnya. Di mana, pandemi COVID-19 telah membuat semua masyarakat menuju ke era digital, yang sebelumnya justru diprediksi baru akan terjadi dan marak pada 2025 mendatang.

Ekonomi RI Kuartal I Tumbuh 5,11 Persen, Aprindo: Cukup Kondusif bagi Peritel 

Karenanya, Edi menegaskan bahwa ini adalah dua tren dari perspektif ritel yang sangat penting sekali diantisipasi. Sehingga, ketika nanti program vaksinasi berjalan dengan baik dan kondisi menjadi normal kembali, maka kekuatan sektor ritel ini bisa dilihat dari kesiapannya mengantisipasi kedua hal tersebut.

"Jadi ke depannya orang berbicara kekayaan itu bukan hanya sekedar urusan finansial, tetapi bagaimana hal itu juga mencakup ke aspek kesehatan," ujar Edi.

Di sisi lain, meskipun berperan sebagai bank dan dari kaca mata sektor perbankan, Edi menegaskan bahwa perubahan lanskap semacam itu tetap harus dicermati dan diadaptasikan oleh pihak perbankan, khususnya di ranah ritel.

Sebab, dalam aspek pelayanan, pihak perbankan pun menurutnya harus ikut memberikan kemudahan kepada para customer ritelnya untuk bertransaksi. Karena tentunya, lanjut Edi, 'digital journey' bagi semua institusi menjadi sesuatu yang penting, bahkan hingga ke aspek di mana adopsi teknologi pada kelompok populasi lansia pun ikut meningkat.

"Jadi hari ini banyak para orang tua pun menggunakan aplikasi Zoom, karena mereka sudah terbiasa. Artinya, pola transaksinya membuat mereka semakin tidak mau keluar rumah, sehingga kebutuhan finansialnya juga akan dilayani oleh digital channel ini," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya