Bisnis Properti Seret, Keramik Dalam Negeri Andalkan Ekspor

Ilustrasi teknologi di industri properti.
Sumber :
  • @VestaBuyToLet

VIVA –  Industri keramik sanitary di Indonesia menyatakan, permintaan terhadap produk keramik sanitary sedang lesu saat ini karena rendahnya serapan lokal. Kondisi itu berkolerasi dengan melambatnya pertumbuhan industri properti di Indonesia.

Harga Properti Residensial Naik 1,89 Persen di Kuartal I-2024, Menurut Survei BI

Berdasarkan data Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki), penurunan permintaan keramik sanitary telah dirasakan sejak akhir 2017. Sebelum itu, produksi bisa diserap pasar domestik sebesar 70 persen dan untuk ekspor sebesar 30 persen, namun saat ini porsi serapan domestik hanya 55 persen dan sisanya ekspor.

PT Surya Toto Indonesia (TOTO) menilai, perlambatan sektor properti di Indonesia sebagai dalang menurunnya serapan keramik sanitary. Selain itu, banyak pengembang properti dan juga konsumen masih menganggap sanitary impor kualitasnya lebih baik dibandingkan produksi dalam negeri, terutama untuk segmen menengah ke atas. 

Pindah ke Kota Indah Ini Bakal Dikasih Lebih dari Setengah Miliar, Mau?

"Pasar dalam negeri yang belum ada perkembangan positif hingga saat ini, juga menjadi tantangan tersendiri untuk pertumbuhan bisnis perusahaan," kata Presiden Direktur PT Surya Toto Indonesia, Hanafi Admadiredja melalui keterangan tertulis, Minggu, 9 Februari 2020.

Produsen keramik sanitary di Indonesia yang memiliki afiliasi jaringan internasional itu mencatat, hingga Semester I-2019 penjualan ekspor TOTO justru naik 3,13 persen secara tahunan menjadi Rp245,46 miliar, sementara penjualan domestiknya menurun 18,05 persen menjadi Rp744,27 miliar.

Dikenal Tajir, Intip 4 Properti Mewah Milik IU yang Seharga Rp152 Miliar

"Amerika Serikat, Jepang, dan China masih menjadi negara tujuan utama ekspor produk TOTO, beberapa negara lainnya juga memiliki pasar yang cukup potensial antara lain, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan negara-negara Timur Tengah," tegasnya.

Meski begitu, dia menjamin, kebijakan yang diambil industri tersebut memang seiring dengan program pemerintah Indonesia yang tengah menggalakan program ekspor guna menekan defisit neraca perdagangan. Namun, dia mengakui pasar dalam negeri hingga saat ini masih menjadi penopang penjualan karena komposisi ekspor masih 20 persen dari total produksi.

"Untuk menghadapi penurunan penjualan dalam negeri, kami juga menyasar segmen menengah ke bawah.  Dengan strategi ini, diharapkan dapat mendorong produk-produk TOTO lebih cepat terserap ke pasar," tegas Hanafi. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya