Minyak Dunia Anjlok, Arcandra Tahar Serukan Penguatan Hilir Migas

Mantan Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arcandra Tahar mengatakan, di tengah anjloknya harga minyak dunia beberapa waktu terakhir, semestinya kesempatan ini bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan industri hilir migas di Tanah Air.

Deretan Negara Arab Ini ternyata Tolak Embargo ke Israel, Kok Bisa?

Melalui unggahan di laman pribadi Instagramnya, @arcandra.tahar, pada Selasa 21 April 2020, Arcandra menjelaskan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara dengan konsumsi minyak terbesar di kawasan Asia, setelah China dan India, memiliki kebutuhan energi nasional yang terus meningkat.

"Berdasarkan data tahun lalu, setiap hari kebutuhan minyak kita sekitar 1,4 juta barel dan grafiknya diperkirakan bakal terus naik," kata Arcandra.

Daftar Harga Pangan 23 April 2024: Daging Sapi hingga Telur Ayam Turun

Indonesia memenuhi kebutuhan minyak dari pengolahan sumber minyak di dalam negeri, melalui sejumlah kilang yang sudah beroperasi seperti di Cilacap dan Bontang. Namun, sebagian lagi masih diimpor dari sejumlah produsen minyak global.

SPBU

Israel Tembakkan Rudal ke Iran, Harga Emas dan Minyak Mentah Terbang

Lalu bagaimana peluang Indonesia jika harga minyak dunia turun seperti sekarang?

Arcandra menjelaskan bahwa di sejumlah negara konsumen minyak besar, dalam situasi ini mereka akan cenderung melakukan kontrak jangka panjang dengan para produsen minyak. Harga dan jangka waktu delivery-nya pun bisa diatur.

Dengan demikian, apabila si pembeli punya storage yang banyak, maka tentu minyak yang dibeli bisa langsung dikirimkan. Sebaliknya, jika storage-nya terbatas dan sudah penuh, maka kontrak pembelian bisa tetap dilakukan.

"Tentunya kita bisa menentukan kapan delivery time dari crude oil tersebut. Harganya pun akan tetap menguntungkan," ujar Arcandra.

Dia menjelaskan, situasi harga minyak yang rendah biasanya dijadikan momentum untuk memperkuat hilir migas. Contohnya dengan mengembangkan proyek kilang minyak, petrochemical, dan infrastruktur lain seperti jaringan gas bumi.

Harapannya, ketika infrastruktur selesai dibangun, di mana rata-rata butuh waktu 3-5 tahun, infrastruktur hilir sudah siap beroperasi ketika harga minyak kembali normal.

Namun, lanjut Arcandra, yang perlu jadi catatan adalah, dengan kebutuhan energi yang semakin besar, dalam jangka panjang kita harus bisa mengoptimalkan penggunaan energi domestik, yaitu listrik.

"Seperti kita tahu, sumber energi untuk listrik banyak tersedia di dalam negeri seperti gas bumi, batu bara, dan juga energi baru terbarukan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya