Simak Jurus Ampuh Taiwan Tekan Penularan Virus Corona

Persediaan masker di Taiwan dalam menanggulangi wabah virus Corona.
Sumber :
  • Courtesy of Taiwan's Presidential Office

VIVA –  Taiwan termasuk segelintir bagian di dunia yang hingga hari ini, 22 April 2020, berhasil menekan jumlah kasus penularan virus corona seminim mungkin. Meskipun Taiwan berdekatan dengan China secara geografis, jumlah yang terkonfirmasi per juta populasi berada di peringkat 123 dunia.

Siasat Amerika Seret Negara Asia Tenggara dalam Perang Lawan China

Laman Worldometers mengungkapkan hingga Selasa siang 22 April 2020, jumlah kasus infeksi Covid-19 "cuma" bertambah 1 sehingga totalnya "hanya" 426. Sebanyak 236 pasien sudah sembuh dan 6 orang meninggal dunia.

"Minimnya tingkat penularan ini menunjukkan bahwa pekerjaan pencegahan epidemi Taiwan telah mencapai hasil yang luar biasa," demikian menurut Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan, Chen Shih-chung, seperti yang disiarkan Kantor Perwakilan Ekonomi dan Dagang Taipei (TETO) di Jakarta hari ini. 

McLaren Announce New Regional Director for Asia Pasific

Karantina di Bandara 

Dia secara panjang lebar mengungkapkan sejumlah jurus yang telah diterapkan Taiwan di masa awal pandemi virus corona - yang berawal di Kota Wuhan, China. Kuncinya, langsung bertindak cepat, dan cermat, serta disiplin dalam penerapan kebijakan. Taiwan rupanya memetik pelajaran dari wabah virus SARS pada 2003.

Afgan Pukau Ribuan Penonton di Pavilion Taiwan Excellence, Intip Keseruannya

"Setelah mengalami pengalaman tragis SARS, Taiwan telah secara aktif merespons ancaman berbagai penyakit menular yang muncul selama 17 tahun terakhir ini, dan tidak pernah mengabaikannya," kata Chen.  Oleh karena itu, ketika dipastikan bahwa pneumonia yang tidak dikenal terjadi di Wuhan, China, pada tanggal 31 Desember 2019, Taiwan segera mengambil langkah-langkah karantina check-in untuk penerbangan langsung Wuhan pada hari yang sama, dan melakukan tindakan awal untuk mencegah risiko penularan antar manusia. 

Lalu pada 2 Januari 2020 mendirikan Tim Penanggulangan Wabah Pneumonia  Parah, dan tgl 20 Januari membangun Pusat Komando Epidemi Nasional untuk secara efektif mengintegrasikan sumber daya pencegahan epidemi lintas-kementerian.  ??"Taiwan secara tegas mengakui bahwa penyakit menular tidak mengenal batas," ungkap Chen.

Karantina Elektronik Lewat Ponsel

Menanggapi gelombang Covid-19 ini, Taiwan memberlakukan karantina rumah selama 14 hari untuk para imigran dari negara-negara yang terdampak wabah, dan membangun sistem karantina elektronik melalui ponsel dari berbagai operator telekomunikasi di Taiwan. 

Penumpang mengisi formulir melalui ponsel yang terhubung dengan sistem informasi manajemen kepedulian masyarakat dan kelangsungan hidup, sehingga unit pemerintah dapat merawat serta memberikan bantuan hidup dan pertolongan medis.??Taiwan juga mencatat riwayat perjalanan pasien pada kartu IC asuransi kesehatan, agar dokter bisa memberikan perhatian, dan deteksi dini kasus untuk memblokir penyebaran di masyarakat. 

Bagi warga yang dikarantina di rumah atau terisolasi di rumah, GPS lokasi karantina juga dipergunakan melalui kerjasama dengan operator telekomunikasi untuk penentuan posisi dan pelacakan. "Pelanggar akan dihukum atau penempatan paksa  untuk mencegah efek penularan," lanjut Chen.?

Perbanyak Lokasi Pengambilan Sampel

Taiwan juga telah meningkatkan kapasitas pengujian laboratorium, secara bertahap memperluas cakupan pengambilan sampel dan inspeksi, serta secara retrospektif memeriksa subyek berisiko tinggi seperti pasien influenza yang kritis untuk mengidentifikasi kemungkinan kasus untuk perawatan isolasi. "Pada saat yang sama, 50 komunitas dan pusat kesehatan, 167 klinik laboratorium ditunjuk untuk perawatan dan pemeriksaan secara berjenjang," kata Chen.

Selain itu juga mengharuskan rumah sakit untuk membuat area khusus perawatan kamar pasien, isolasi berdasarkan prinsip satu orang satu kamar untuk menghindari penularan di rumah sakit.??Tidak hanya itu, lanjut Chen, Taiwan mulai mengontrol ekspor masker medis pada 24 Januari 2020, dan melakukan kebijakan masker nasional dan memperluas kapasitas produksi masker. Sejak 6 Februari, sistem identitas asli untuk pembelian masker telah diberlakukan, dan dapat dibeli melalui Community Health Pharmacy dan klinik kesehatan. 

"Mulai tanggal 12 Maret, dibuka pemesanan online dan pengambilan barang di minimarket terdekat tempat tinggal warga," ujar Chen.??Dia pun menegaskan bahwa penyakit tidak mengenal batas, ibarat percikan api cukup untuk menyalakan padang rumput. "Jika epidemi regional tidak terkontrol dengan baik, akan menyebabkan pandemi global," lanjutnya.  

Kendala di WHO

Taiwan bukan anggota WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), namun bukan berarti dapat dikecualikan dari kesehatan dan keselamatan global. Chen menegaskan bahwa Taiwan menjunjung tinggi tanggung jawab warga dunia, mematuhi Peraturan Kesehatan Internasional 2005 (IHR 2005). 

"Kami secara aktif menginformasikan kepada WHO tentang kasus yang terkonfirmasi, dan secara aktif berbagi dan berkomunikasi dengan banyak negara mengenai COVID-19 -  seperti kasus yang terkonfirmasi, riwayat perjalanan kontak fisik , tindakan kontrol perbatasan dan informasi lainnya, dan mengunggah rangkaian gen virus ke "Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID)" agar bisa ditelusuri oleh banyak negara," ujar Chen.??Menurut dia, Taiwan membutuhkan WHO, dan sebaliknya WHO juga membutuhkan Taiwan. "WHO seharusnya tidak menolak siapa pun. Ini adalah misi WHO," Chen mengingatkan. 

Namun, saat ini, intervensi politik WHO mengesampingkan Taiwan. Hal ini dipandang sebagai tindakan yang tidak bijaksana. 

Chen menyatakan Taiwan bisa berbagi dengan dunia, baik dari pengalaman kesehatan masyarakat, sistem medis, sistem perawatan kesehatan, deteksi cepat tentang pencegahan epidemi, vaksin, kemampuan produksi obat terkait, bahkan kemampuan analisis virus. "Kami berharap setelah cobaan dari epidemi ini, WHO dapat menyadari bahwa epidemi tidak memiliki batas dan tidak ada satu tempat dimanapun yang terabaikan," lanjut dia. 

Pemerintah Taiwan pun berseru kepada WHO dan semua lapisan masyarakat untuk peduli terhadap kontribusi jangka panjang Taiwan terhadap kesehatan global, termasuk dalam pencegahan epidemi

"Taiwan berharap bisa berpartisipasi penuh dalam pertemuan, mekanisme dan kegiatan WHO, dan bersama-sama mengimplementasikan Piagam WHO tentang "Kesehatan adalah Hak Asasi Manusia" dan visi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB 2030 yaitu "no one should be left behind," tegas Chen. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya