- VIVAnews/Diki Hidayat (Garut)
VIVA – Peri (68) juru parkir di sekitar Jalan Ciledug, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut bercerita kesullitan ekonomi yang dia rasakan. Warga Kampung Cipangligaran, Desa Sukaresmi, Kabupaten Garut itu mengaku sejak pandemi virus corona (Covid-19) penghasilan harian terus berkurang.
Bahkan, sejak diberlakukan penyekatan kawasan perkotaan pendapatannya hilang sama sekali. Menurut Peri, dia diberikan jadwal untuk mengatur parkir kendaraan dari jam 15.00 WIB hingga jam 20.00 WIB. Dalam sehari itu, penghasilan yang diperoleh Peri mencapai Rp150 ribu.
Namun dari penghasilan Rp150 ribu itu, Rp90 ribu harus disetor ke Dinas Perhubungan dan hanya Rp60 ribu yang bisa dia bawa pulang.
"Rata-rata itu dan dipotong buat ongkos pulang sepuluh ribu," ujarnya, Sabtu 2 Mei 2020.
Peri melanjutkan, sejak Pemerintah Kabupaten Garut mengeluarkan kebijakan memasuki bulan Ramadhan yaitu dilakukan penyekatan pusat kota, pendapatannya semakin anjlok hingga tak membawa uang sama sekali.
"Jujur pak, anak saya menangis ingin makan, sampai jam segini saya belum dapat uang gara-gara corona," ungkapnya.
Peri melanjutkan, dirinya sudah menggeluti profesi sebagai juru parkir sejak 16 tahun lalu. Namun sebagai ‘pahlawan Pendapatan Asli Daerah (PAD)’ Garut dirinya tidak mendapat perhatian sama sekali.
Tidak banyak yang diharapkannya kecuali tetap mendapatkan uang dari profesinya itu.
"Perhatian enggak ada pak, kalau saya mah tidak diperhatikan juga enggak apa-apa, asalkan dapat penghasilan dari kerjaan," tuturnya.