Proyeksi Perdagangan Saham Pekan Ini

Wall Street Cemaskan Krisis Keuangan Jilid II

VIVAnews - Para investor di bursa saham saham Wall Street tampaknya mulai kembali dicekam ketakutan lama. Setiap hari mereka merasa was-was apakah hari ini bisa menjadi awal bagi Krisis Keuangan Kedua. 

Tanda-tanda keresahan para investor sudah terasa. Pada perdagangan Kamis pekan lalu, indeks Standard & Poor's 500 menderita penurunan terbesar dalam lebih dari sembilan bulan terakhir karena kekhawatiran akan krisis utang di sejumlah negara Eropa - yaitu Yunani, Portugal, dan Spanyol.

Selain itu, rencana China untuk membatasi laju pertumbuhan ekonomi dan usulan pemerintah AS untuk memperketat aturan perbankan telah lebih dulu meresahkan para investor, yang merasa bahwa ekonomi global belum sepenuhnya pulih dari krisis keuangan.

Ketakutan itu belum segencar pada 2008 lalu, saat indeks S&P 500 anjlok 38,5 persen. Namun, indeks S&P 500 Januari lalu sempat mencatat rekor terburuk di Wall Street saat pasar mulai pulih pada Maret tahun lalu. Indeks S&P 500 sempat turun 7,3 persen dari rekor tertinggi yang dicapai pada 19 Januari lalu, yaitu 1.150,23.

Para investor tampaknya mengaitkan krisis keuangan di Eropa dengan krisis ekonomi di AS. Sebagian investor khawatir bahwa masalah utang beberapa negara Eropa akan meluas sama parahnya dengan aset-aset beracun (sekuritas hipotek) di AS yang menghancurkan ekonomi Negeri Paman Sam pada 2008.
 
"Mereka masih terkejut [shock] karena pernah melihat gejala yang sama sebelumnya dan mereka tidak suka melihat kelanjutannya," kata Anthony Chan, ekonom dari JP Morgan Private Wealth Management. "Mereka mengira-ngira apakah akan ada kelanjutan [krisis] atau tidak," lanjut Chan.

Dia menilai bahwa para investor kemungkinan besar bersikap berlebihan atas situasi di Eropa. Namun, yang jelas, mereka kini ingin menuntut lebih atas pemulihan ekonomi global.

"Para pelaku pasar tidak akan tenang hanya dengan melihat tanda-tanda pemulihan. Pasalnya, mereka kini justru mencari tanda-tanda adanya daya tahan [ekonomi]," kata Chan.  

Itulah sebabnya kalangan pengamat melihat kecil kemungkinan pasar segera kembali memulai reli (kenaikan panjang indeks).

Rick Bensignor, pengamat dari Execution LLC di New York, memperkirakan bahwa indeks harga saham bisa turun sedikitnya 111 persen dari rekor tertinggi yang dibuat pada 19 Januari lalu. Situasi itu akan mendorong koreksi pasar.

Hingga kini, penurunan terbesar di Wall Street dalam setahun terakhir adalah saat indeks rata-rata merosot 7 persen dari pertengahan Juni hingga pertengahan Juli. (AP)



6 Pemain yang Bisa Didatangkan Inter Milan, dari Juara Serie A hingga Penantang Liga Champions
Anang Hermansyah dan Ghea Indrawari

Pertanyakan Ghea Indrawari yang Belum Menikah, Anang Hermansyah Dihujat Netizen

Anang Hermansyah mulanya menanyakan berapa usia Ghea Indrawari. Suami Ashanty tersebut nampak keheranan karena sampai kini Ghea Indrawari belum punya pasangan.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024