Ketua OJK: Likuiditas 110 Bank Mampu Dukung Ekonomi RI Tumbuh 5 Persen

VIVA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso kembali memastikan bahwa likuiditas perbankan saat ini masih aman dan bahkan cukup untuk membiayai perekonomian Indonesia.

Guru dan IRT Jadi Korban Pinjol Ilegal Terbanyak, OJK: Cek Legalitas dan Logis Sebelum Pinjam

Saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin, 22 Juni 2020, dia mengatakan alat likuiditas perbankan di Bank Indonesia, saat ini mencapai Rp440 triliun dengan Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki sebesar Rp940 triliun.

"Ini kita bicara agregat dari 110 bank secara umum agregatnya bagus. Jadi kalau kita lihat likuiditas total alat likuiditas perbankan di BI mencapai Rp440 triliun dengan SBN yang dimiliki Rp940 triliun," katanya.

Rendahnya Literasi Keuangan Picu Meningkatnya Korban Pinjol Ilegal

Besaran itu, menurutnya sangat cukup untuk mendukung pemulihan pertumbuhan ekonomi Indonesia di sekitar lima persen. Sebab, untuk tumbuh di level itu nantinya, perbankan harus bisa menyalurkan kredit sekitar Rp600 triliun.

"Kami simulasi kalau pertumbuhhan kredit 2021 ini sekitar Rp500 sampai dengan Rp600 triliun untuk bisa dukung pertumbuhan ekonomi tadi," tegas dia.

Jangan Sampai Terjerat Pinjol, Ini Tips Kelola Keuangan Lebih Cerdas

Adapun dari sisi permodalan perbankan, dia melanjutkan, secara agregat juga masih sangat mencukupi untuk mendukung pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak negatif pandemi wabah virus corona (covid-19). 

Itu tergambar dari rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang masih tinggi di atas 22 persen. Jika perbankan menggenjot penyaluran kredit dan menjalankan program restrukturisasi hingga 2021, CAR perbankan dikatakannya hanya turun dua persen.

"Dengan asumsi stance steal tak ada setoran modal baru CAR nya hanya turun 2 persen dari 22 persen tadi. Jadi masih jauh dari minimum yang dipersyaratkan yakni 12 persen," tutur Wimboh.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya