Ketika Belia Terjangkit Thalassemia

VIVAnews - Sudah jatuh tertimpa tangga. Barangkali istilah itu yang saat ini menimpa Rohmat (30). Sejak putrinya, Belia Putri Soleha (2) berumur delapan bulan, Rohmat dan istri, Suyatmi (32) bekerja keras untuk membiayai  pengobatan putri bungsunya.
 
Penderitaan bertambah berat karena rumah tinggalnya di RT 08 RW 10 N 38, Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat, kini tinggal menunggu waktu untuk dieksekusi.  Rumah yang sudah ditempatinya sejak 40 tahun silam bersama orangtua dan keempat saudaranya, harus segera dieksekusi untuk normalisasi sungai
 
Sejak usia delapan bulan, Belia yang lahir pada 19 Maret 2006 sudah menderita penyakit thalassemia atau penyakit kelainan darah bawaan yang menyebabkan sel darah merah pecah.
 
Akibatnya, penderita thalassemia tidak dapat membentuk sel darah secara normal, sehingga sel darah merah mudah pecah dan terjadilah anemia. Seumur hidupnya, penderita penyakit ini akan terus melakukan tranfusi darah.
 
Untuk menyelamatkan buah hatinya itu, Rohmat yang bekerja di perusahaan percetakan dengan gaji Rp200 ribu perbulannya, harus melakukan tranfusi darah hampir setiap dua bulan.
 
Biaya tranfusi yang harus dikeluarkan Rohmat sebesar Rp1-2 juta. Biaya obat rutin yang sekitar ratusan ribu harus dikeluarkan Rohmat.
 
Belum lagi, jika Belia membutuhkan obat khusus anjuran dokter yaitu, Ferrifrox. Untuk membeli obat tersebut harganya mencapai Rp5 juta, sangat berat sekali bagi Rohmat. Tentu, untuk seorang berpenghasilan Rp200 ribu perminggu ini, biaya tersebut sangat memberatkan.
 
"Beruntung saya masih dibantu kakak saya (Dewi). Kalau tidak, saya mungkin berhutang sana-sini untuk cari biaya," ujar Rohmat saat berbincang dengan vivanews, Jakarta, Sabtu 6 Desember 2008.
 
Rohmat mengaku, selama ini tidak pernah mendapatkan bantuan dari warga maupun pengurus wilayah setempat. Rohmat juga tidak memiliki usaha sampingan. Pekerjaan hanya dipercetakan.
 
Istrinya, seorang ibu rumah tangga biasa. Anak pertamanya, M Adi Nurhidayat (9) yang duduk dibangku kelas 4 sekolah Islam Nurul Mukmin, Kelurahan Kedaung masih membutuhkan biaya pendidikan.
 
Pernah bapak dua anak ini mengajukan permohonan keluarga miskin (Gakin), namun dirasanya sangat sulit untuk mendapatkan surat tersebut.
 
Beruntung dia memiliki kakak yang baik dan perhatian pada Belia. Walaupun, Rohmat sendiri sebenarnya malu pada suami kakaknya jika harus meminta bantuan. Sebab, suami kakaknya hanya bekerja sebagai karyawan biasa. "Mau bagaimana lagi, saya mau minta tolong siapa. Beruntung, kakak saya baik," kata Rohmat sedih.

Rohmat mengaku hampir putus asa, sejak mengetahui putrinya terkena penyakit thalassemia, dan divonis oleh dokter bahwa putrinya selama hidup akan membutuhkan tranfusi darah. Dirinya selalu murung jika melihat penderitaan putri kesayangannya itu. Yang membuat hatinya kuat, Belia sangat aktif dan ceria.
 
Ditambah dengan keimanan yang dimilikinya, keputusasaan tersebut tidak membuatnya patah asa untuk terus berjuang demi anaknya. "Walau berapapun biayanya, untuk anakku, saya akan terus berusaha," tegasnya.
 
Beberapa waktu lagi, Rohmat dan istri serta dua anaknya harus mencari tempat tinggal baru, jika rumahnya dieksekusi. Walau begitu, warga asli Kapuk ini tetap tegar. Disadarinya, hal ini merupakan bagian dari hidup.
 
Yang terpenting buatnya, Adi tetap sekolah, dan Belia terus diberikan perhatian khusus atas penyakitnya itu. "Rumah digusur tidak apa-apa. Yang penting anak-anak saya. Belia bisa sembuh," harapnya. (aries setiawan)

Alasan Paula Verhoeven Pilih Bungkam Usai Digugat Cerai Baim Wong