- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia mendukung wacana pembatasan kepemilikan asing di sektor perbankan. Bahkan HIPMI mendorong anggotanya dan investor lokal untuk masuk ke sektor itu.
Pasalnya, menurut data HIPMI kepemilikan asing di industri perbankan telah melebihi 55 persen baik melalui kepemilikan langsung maupun melalui bursa. Tingginya kepemilikan asing membuat bunga kredit sulit turun, karena tersandera kepentingan pemilik modal.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum HIPMI Erwin Aksa menanggapi pernyataan Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia yang baru saja dilantik di Jakarta, Rabu ini, 1 September 2010.
“Kita dorong anggota HIPMI atau investor lokal untuk masuk ke sektor ini, supaya sektor keuangan ini lebih bersahabat dengan dunia usaha,” kata Erwin.
Selain itu Erwin mengatakan, Darmin harus berjuang memerangi rezim suku bunga tinggi, utamanya untuk kredit investasi dan modal kerja guna merangsang pertumbuhan sektor riil.
Erwin menilai Darmin merupakan sosok yang tepat untuk melakukan terobosan di tengah kebekuan peranan bank sentral dalam mendorong pertumbuhan sektor riil. “Harapan kepada Pak Darmin bagaimana mendorong perbankan menawarkan bunga terjangkau agar sektor riil bisa terpacu kembali,” kata Erwin.
Erwin menambahkan, selain instrumen fiskal, BI juga memiliki peranan penting dalam mendorong pertumbuhan industri dan ekonomi di Tanah Air yang masih rendah. “Sejak krisis 2008, pertumbuhan ekonomi di Malaysia sudah di atas 6 persen, dan bahkan Singapura yang resesi sudah 11 persen. Nah, kita yang tidak resesi cuma di 5-6 persen terus,” ujar Erwin.
HIPMI menyoroti tingginya bunga kredit investasi dan modal kerja dibandingkan kredit konsumsi. Akibatnya, masyarakat jauh lebih konsumtif dibandingkan produktif, sebab ditawarkan bunga yang sangat rendah. (hs)