Mengapa Pilih Reksa Dana Pasar Uang?

ilustrasi reksa dana
Sumber :
  • sharemarketbasics.com

VIVAnews - Pasar saham dan obligasi Indonesia telah menarik minat investor lokal dan asing sepanjang 2009 dan 2010. Namun, masih tingginya volatilitas pasar saham dan obligasi membuat sebagian investor khawatir.

Laporan First State Investments Indonesia menunjukkan, tekanan inflasi diperkirakan terus berlanjut pada 2011. Faktor pendorongnya, menurut analisis First State antara lain suku bunga yang relatif rendah saat ini yang terus mendorong laju konsumsi, dan kelanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi mencapai enam persen.

Selain itu, First State melanjutkan, tekanan inflasi tersebut didorong kenaikan harga-harga komoditas karena lonjakan permintaan maupun akibat pelemahan mata uang dolar AS, serta peningkatan harga minyak, dan potensi kenaikan harga makanan mentah (raw foods) akibat faktor cuaca yang masih tidak bersahabat.

"Sejauh ini penguatan rupiah telah membantu mengurangi tekanan inflasi, dan BI (Bank Indonesia) juga sudah berusaha menekan laju inflasi dengan menaikkan kewajiban giro wajib minimum (GWM) bagi bank dengan tujuan mengurangi likuiditas dari sistem perbankan," kata Putut E Andanawarih, direktur First State Indonesia dalam laporan itu di Jakarta.

GWM untuk mata uang rupiah dinaikkan menjadi delapan persen, sedangkan mata uang asing akan naik bertahap mulai lima persen pada Maret 2011 hingga delapan persen di Juni 2011.

Hingga saat ini, Putut menjelaskan, BI belum berupaya untuk menaikkan suku bunga acuan (BI rate) guna menekan inflasi. Sebab langkah ini akan menambah aliran dana masuk dari investor asing yang mencari spread positif melalui pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di pasar sekunder dan obligasi pemerintah.

Meski demikian, dia menilai, pada akhirnya laju inflasi karena kenaikan permintaan (demand growth) harus 'direm' melalui kebijakan kenaikan suku bunga. "Konsensus pasar memperkirakan BI menaikkan suku bunga ke level 7-7,5 persen pada 2011," ujarnya.

Kenaikan BI rate, dia menjelaskan, akan diikuti oleh peningkatan suku bunga deposito berjangka dan kenaikan imbal hasil instrumen pasar uang lainnya. Melihat kondisi tersebut, sebagian investor yang telah meraih keuntungan melalui pasar saham dan obligasi sepanjang 2009 dan 2010 memilih untuk mengamankan hasil investasi mereka.

Akibatnya, reksa dana pasar uang pun menjadi alternatif investasi yang dicari para investor. Seperti terlihat pada 2010, reksa dana pasar uang tumbuh sekitar 32 persen menjadi Rp7,72 triliun.

"Kami membaca kebutuhan investor untuk mengamankan nilai investasinya setelah memperoleh return yang tinggi dari pasar saham maupun obligasi," tutur Putut.

"Dengan melakukan investasi di reksa dana pasar uang, investor memiliki kesempatan untuk mendapatkan return yang lebih tinggi dibanding deposito," kata Eli Djurfanto, Head of Fixed Income First State Indonesia.

Eli menambahkan, melalui diversifikasi investasi di berbagai obligasi korporasi yang terkena pajak lebih rendah atas kupon dan capital gain yaitu sebesar lima persen, imbal hasil investasi di reksa dana pasar uang akan lebih tinggi dari suku bunga deposito bank yang diterima investor ritel.

Menurut dia, dana investor akan ditempatkan di berbagai instrumen seperti deposito berjangka, Surat Perbendaharaan Negara (SPN), SBI, serta obligasi pemerintah dan korporasi yang bertenor di bawah satu tahun.

"Pemilihan instrumen didasarkan pada seberapa menarik imbal hasil yang akan diperoleh dibandingkan dengan likuiditas instrumen dan faktor risiko lain yang ada di instrumen tersebut misalnya risiko kredit," tutur Eli.

Saat ini, First State memiliki First State Indonesia Money Market Fund yang telah mendapatkan pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) pada 25 November 2010 dan ditawarkan ke masyarakat mulai 5 Januari 2011 dengan nilai aktiva bersih (NAB) tetap senilai Rp1.000 per unit penyertaan. (sj)

Usai Ramai Digosipkan Selingkuh, Rizky Nazar Minta Maaf
Petugas menunjukkan emas Antam di Butik Antam Pulo Gadung, Jakarta (foto ilustrasi)

Harga Emas Hari Ini 27 April 2024: Emas Antam Kinclong di Akhir Pekan

Harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari ini tercatat dibanderol seharga Rp 1.236.000 per gram.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024