- VIVAnews/Adri Irianto
VIVAnews -Harga sejumlah komoditas belakangan ini cenderung naik. Sejumlah pengamat ekonomi meramalkan bahwa inflasi akan naik tajam, jika pemerintah tidak siaga dengan ancaman kenaikan harga itu, Menteri Kordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, menegaskan bahwa pemerintah tetap menjaga ekonomi nasional dan menjaga iklim investasi agar tetap kondusif.
Pemerintah juga berusaha mengatasi soal ancaman kenaikan harga itu. "Inflasi tinggi itu hanya asumsi," kata dia di Jakarta, Selasa 1 Februari 2011.
Sebelumnya, Badan Kebijakan Fiskal memprediksi inflasi pada tahun ini bisa mencapai 6,6 persen. Pelaksana Tugas Kepala BKF Bambang Sumantrai Brodjonegoro menegaskan bahwa peningkatan inflasi dipicu perubahan harga sejumlah barang dan jasa yang diatur regulator melalui kebijakan fiskal.
Menurut Bambang, kenaikan harga yang terkait erat dengan kebijakan pemerintah adalah kenaikan harga gabah, harga eceran pupuk, dan pembatasan premium. Pencabutan caping tarif listrik industri juga menjadi kebijakan yang memengaruhi perubahan.
Namun, Hatta membantah bila kebijakan yang diambil bakal melambungkan inflasi, termasuk rencana pemerintah membatasi konsumsi bahan bakar bersubsidi. "Semua unsur akan diperhatikan dan dihitung," ujar Hatta. "Intinya kami tidak ingin membuat perekonomian tidak kondusif."
Hatta menjelaskan, pemerintah dan Bank Indonesia selalu melakukan koordinasi dengan melakukan stabilisasi harga pangan agar tidak melambung. "Sekarang kita bersyukur, harga pangan sudah mulai turun," katanya.