Amnesti Internasional: Usut Penusukan Bram

Ambarita Banjir (kanan)
Sumber :
  • Facebook

VIVAnews - Amnesti Internasional (AI) menyerukan penyelidikan independen digelar atas penusukan wartawan kontributor VIVAnews.com, Banjir Ambarita, di Papua. AI juga mendesak pemerintah Indonesia untuk  menjamin keselamatan dan kebebasan bertugas bagi para wartawan dan pembela hak asasi manusia di Papua.

Pada pernyataannya yang diterbitkan di laman AI pada Kamis, 3 Maret 2011, AI menuliskan tuntutan kepada pemerintah Indonesia terkait insiden penusukan Banjir atau yang akrab disapa Bram di Papua. Tuntutan pertama adalah menggelar secepatnya penyelidikan independen kasus penusukan Bram.

“Secepatnya melakukan penyelidikan yang independen dan tidak memihak terkait penyerangan Banjir Ambarita dan mengadili pelakunya dengan pengadilan standar internasional,” tulis AI.

AI juga meminta pemerintah Indonesia untuk melakukan perlindungan kepada Bram.

Selain itu, AI juga menuntut pemerintah segera menggelar penyelidikan independen terhadap pemberitaan Bram yang melaporkan pemerkosaan oleh polisi kepada tahanan wanita.  “Memastikan para pelaku diadili dan korban mendapatkan ganti rugi atas apa yang terjadi atasnya.”

Terakhir, AI menyerukan pemerintah Indonesia untuk memastikan kebebasan, independensi, serta keselamatan  para pekerja HAM dan wartawan  di Papua.

“Peninjau HAM internasional, organisasi non pemerintah dan wartawan sangat dibatasi pekerjaan mereka di Papua, di tengah laporan pelanggaran HAM serius oleh polisi dan militer,” tulis AI.

Pertanyakan Ghea Indrawari yang Belum Menikah, Anang Hermansyah Dihujat Netizen

Sementara di Surabaya, puluhan pekerja media menggelar aksi mengecam masih terus terjadinyakekerasan terhadap wartawan. Mereka meminta negara memberikan perlindungan hukum terhadap pekerja media di Indonesia.

Aksi damai yang dilakukan di depan Gedung Negara Grahadi itu diikuti puluhan pekerja media cetak, televisi, radio dan online se-Surabaya.

"Ini untuk kesekian kalinya kekerasan terjadi dan menimpa wartawan. Terakhir menimpa pekerja media online VIVAnews.com, Banjir Ambarita yang bertugas di Papua. Polisi harus mengusut tuntas peristiwa ini dan menindak pelakunya," kata Korlap Aksi SWS, Rio Setiawan.
 
Selebihnya, wartawan Surabaya juga mengkritisi ketidakseriusan pemerintah memberikan perlindungan terhadap wartawan.  "Pemerintah tidak boleh tutup mata dengan peristiwa di Papua, dan sejumlah peristiwa lainnya yang menimpa wartawan," lanjutnya.

Sejumlah poster bernada kecaman kekerasan yang menimpa wartawan ikut dibentangkan yang sempat menyita perhatian para pengguna jalan. Aksi tersebut berjalan tertib dengan penjagaan sejumlah petugas polisi berseragam.

Usai membacakan tuntutan, aksi kemudian diakhiri dengan membaca doa keselamatan untuk Banjir yang akrab dipanggil Bram itu.

Bram, kontributor VIVAnews.com dan Jakarta Globe, ditusuk di perut dan dadanya oleh dua orang yang tidak dikenal di depan kantor walikota Jayapura. Diduga penusukan Bram adalah bentuk intimidasi pihak tertentu yang tidak senang atas aktivitas jurnalistik yang dilakukannya.

Bram yang dikenal sebagai wartawan kritis yang mempunyai jaringan luas sebelumnya menuliskan berita tentang tiga anggota Polres Jayapura yang melakukan pelecehan seksual kepada seorang tahanan perempuan. Akibat berita ini, Kapolresta Jayapura menyatakan mundur dari jabatannya, karena merasa gagal memimpin tiga polisi bawahannya itu. (Laporan: Tudji Martudji, Surabaya | adi)

6 Pemain yang Bisa Didatangkan Inter Milan, dari Juara Serie A hingga Penantang Liga Champions
Ilustrasi pria marah/emosi.

5 Tips untuk Mengontrol Emosi secara Efektif, Menghadapi Emosi dengan Tenang

Mengontrol emosi adalah kemampuan untuk mengatur, mengelola, dan mengekspresikan emosi secara sehat dan sesuai dengan situasi yang dihadapi.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024