- doc Corbis
VIVAnews - Tiga kesalahan gen pada masa kehamilan dapat mengakibatkan risiko pre-eclampsia atau tekanan darah tinggi yang berbahaya dan berpengaruh terhadap satu dari 20 kehamilan. Penemuan ini pun mendorong penciptaan obat untuk mencegah kondisi tersebut.
Pre-eclampsia biasanya berkembang setelah minggu ke-20 kehamilan. Hal tersebut membunuh sekitar 10 wanita dan 1.000 janin di Inggris dan bertanggung jawab atas 15 kelahiran prematur per tahunnya.
Pre-eclampsia terjadi akibat runtuhnya plasenta yang memberikan nutrisi dan oksigen pada janin. Penyebab terjadinya penyakit ini belum diketahui, sehingga tidak ada cara untuk memprediksi siapa yang akan menderita penyakit ini.
Namun, para peneliti telah lama menduga bahwa penyakit ini terkait dengan sistem kekebalan tubuh sang ibu. Para peneliti asal Amerika Serikat meneliti 250 wanita hamil yang menderita lupus atau penyakit kekebalan tubuh lainnya. Pada tubuh 30 wanita hamil berkembang pre-eclampsia, sedangkan 10 di antaranya sudah menderita penyakit ini sejak awal.
Pada ke-40 wanita ini, peneliti meneliti tiga gen yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh, dan menemukan bahwa tujuh wanita telah mengalami mutasi setidaknya pada salah satu gen mereka. Selain itu, mereka juga menemukan, mutasi terjadi pada lima dari 59 wanita dengan pre-eclampsia yang dinyatakan sehat.
Tiga gen berhubungan dengan kondisi yang jarang dan berbahaya disebut dengan atypical haemolytic uremic syndrome yang mendorong respon kekebalan tubuh tidak terkontrol.
"Kami perlu mengkonfirmasi keterkaitan tersebut dalam sebuah penelitian lebih besar. Tetapi jika mereka divalidasi, mungkinkan akan dikembangkan dengan cara yang lebih baik untuk mengidentifikasi dan mengatasi wanita yang berisiko," ujar Dr John Atkinson, peneliti dari Universitas Washington.
Obat untuk mengobati kondisi ini sedang diteliti. Para peneliti percaya bahwa obat tersebut dapat digunakan untuk mengobati pre-eclampsia.
"Penelitian ini mengidentifikasi fakto-faktor utama resiko genetik yang terkait dengan pre-eclampsia pada pasien yang menderita lupus, dan juga membenarkan faktor-faktor yang berisiko pada populasi pasien yang tidak memiliki penyakit kekebalan tubuh," ujar Dr Jane Salmon, dokter bedah di New York.
Jika Lolos Tes Ini, Keamanan Siber Bank di Indonesia Sudah Tangguh
Empat dari sepuluh bank terbesar di Indonesia menaruh kepercayaan kepada Spentera perihal keamanan siber.
