Lawan China, Perdagangan Buah Defisit Rp5,4 T

Pembeli buah sedang meneliti melon di pasar Induk Gedebage, Bandung
Sumber :
  • Antara/Agus Bebeng

VIVAnews - Kementerian Pertanian mencatat defisit perdagangan antara Indonesia dan China di sektor produk hortikultura khususnya buah-buahan. Tidak tanggung-tanggung, defisit yang terjadi berkisar hingga US$600 juta atau setara Rp5,4 triliun.

Seperti diketahui, pemerintah memutuskan mengkaji ulang kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) yang dinilai terlalu menguntungkan Negara Tirai Bambu. Pengkajian hanya terbatas pada perdagangan bilateral antara China-RI.

"Perdagangan dengan China dari sisi pangan, peternakan maupun hortikultura mengalami defisit. Yang paling banyak defisitnya, atau hingga US$600 juta adalah hortikultura, terutama buah-buahan, seperti jeruk, pir, atau buah-buahan yang tidak ada, sehingga terpaksa impor," kata Menteri Pertanian Suswono di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin, 18 April 2011.

Suswono menjelaskan, membanjirnya produk buah China karena harga yang ditawarkan buah impor itu tidak dapat disaingi oleh buah-buahan lokal. Padahal, dari segi kualitas, buah-buahan dalam negeri sebetulnya tidak kalah dibandingkan buah impor.

Bahkan, kualitas buah impor China umumnya sudah berkurang karena buah-buahan itu sudah mengalami proses pendinginan di ruang penyimpanan.

Menurut Suswono, satu-satunya cara agar produk buah lokal mampu bersaing dengan buah impor adalah dengan membenahi pasar dalam negeri, sehingga bisa mendekatkan petani dan pembeli melalui pasar tani. Dengan sistem tersebut diharapkan rantai distribusi yang selama ini terlalu panjang dan seringkali menyebabkan harga naik, dapat segera dihilangkan.

Kementerian Pertanian sebetulnya sudah mengaktifkan pasar tani di sejumlah daerah. Namun diakui, pelaksanaan program tersebut belum berfungsi dengan baik, sehingga perlu ada upaya revitalisasi.

Suswono berharap dengan alur distribusi yang lebih pendek, munculnya lonjakan harga komoditas pertanian, utamanya bawang merah dan cabai yang sempat menghebohkan Indonesia, tidak akan kembali terulang.

"Petani bisa datang ke sana (pasar tani). Dia bisa jual, misalnya Rp30 ribu sampai Rp40 ribu dan konsumen pun bisa langsung datang dengan membeli pada harga --misalnya Rp40 ribu tidak Rp100 ribu, kan saling diuntungkan," kata Mentan. (art)

Menkeu Sebut Jumlah Dana Pemda Mengendap di Bank Capai Rp 180,9 Triliun
Menteri Sosial Tri Rismaharini

Risma Populer di Jatim tetapi Elektabilitas Khofifah Tinggi, Menurut Pakar Komunikasi Politik

Pakar komunikasi politik mengatakan sosok Menteri Sosial Tri Rismaharini cukup populer di Jawa Timur tetapi elektabilitasnya tidak setinggi Khofifah Indar Parawansa.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024