VIVAnews - Semburan lumpur panas dari lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Mataloko di Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur semakin meresahkan warga. Sejak Rabu siang, semburan lumpur terus meluas hingga menggenangi perkebunan dan areal pertanian warga.
Semburan lumpur panas juga semakin membesar dan membentuk kawah berlubang mencapai 100 meter lebih. Ketinggian semburan mencapai 1,5 meter dengan suhu 120 derajat celcius.
Awalnya, semburan lumpur panas hanya terdapat tiga titik. Sekarang muncul beberapa titik baru yang mengeluarkan lumpur panas. Masyarakat setempat kuatir, luapan lumpur akan mencemari sumber air yang dapat berdampak pada penyebaran berbagai jenis penyakit menular.
Kepala Badan Komunikasi dan Informasi Nusa Tenggara Timur, Eduard Gana, yang dihubungi di Kupang, Kamis 22 Januari 2009 mengatakan, pihaknya masih melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Ngada untuk mengetahi dampak ikutan bagi masyarakat sekitar lokasi semburan lumpur.
"Setiap hari luapan lumpur meluas dan meresahkan masyarakat. Tetapi dampaknya seperti apa belum diketahui," katanya.
Menurut Eduard, pihaknya terus melakukan koordinasi, dan intansi terkait seperti dinas kesehatan dan dinas pertambangan yang akan melakukan kajian tekhnis. "Bagaimana implikasinya bagi masyarakat, kami masih menunggu hasil kajian" katanya.
Sejumlah warga terpaksa menghentikan upaya petugas pembangkit listrik tenaga panas bumi Mataloko untuk menggali selokan agar mengalirkan lumpur ke sungai terdekat, dengan alasan mencegah luapan lumpur mencemari sumber air warga.
"Selokan yang digali untuk mengalirkan lumpur ternyata meluap sehingga lumpur panas sudah mnggenangi ke kebun jagung warga," kata seorang warga. Sedikitnya terdapat 30 keluarga atau sekitar 300 jiwa warga menetap disekitar lokasi semburan.
Sementara itu, tim geologi Bandung yang direncanakan akan melakukan penelitian terhadap penyebab semburan lumpur, hingga kini belum tiba di Mataloko.
Yohanes Mado, Tim Teknik Listrik pada Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Ngada kepada wartawan mengatakan, belum dapat memastikan apakah lumpur lumpur panas terjadi akibat hujan deras yang melanda daerah itu atau karena penyebab lain. "Kita masih menunggu hasil kajian para ahli geologi," katanya.
Laporan: Jemris Fointuna | Kupang
VIVA.co.id
28 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Oppo A60 Resmi Meluncur, SoC Snapdragon 680 dan Kamera 50MP, Ini Spesifikasi dan Harganya
Gadget
8 menit lalu
Oppo A60 akhirnya resmi diluncurkan setelah terlihat di Google Play Console beberapa waktu lalu. Smartphone ini hadir pertama kali di Vietnam dan negara lain menyusul.
Polsek Kawasan, Satpolairud, Kamladu TNI AL, KPLP, Pelindo Gresik, menggelar patroli gabungan pada Minggu, 28 April 2024. Hal itu merupakan upaya mencegah terjadinya...
Heboh MNC Larang Nobar Piala Asia Tanpa Izin, Begini Komentar Menohok Hasyim Muhammad
Siap
21 menit lalu
Pegiat media sosial, Hasyim Muhammad ikut bersuara soal aturan nonton bareng (nobar) Piala Asia U23 oleh MNC Group selaku pemegang hak siar laga bergengsi itu. Berikut
Bakal Gelar Even Spectacular English Competition 5.0, Ketua HMJ PBI UIN RIL : Semoga Lancar
Lampung
23 menit lalu
Acara Spectacular English Competition 5.0 yang akan digelar Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Selengkapnya
Isu Terkini