- Antara
VIVAnews - Bank Indonesia mengubah metode dalam mengintervensi rupiah. Jika sebelumnya bank sentral mengintervensi pasar valas, mulai kemarin, Kamis, 22 September 2011, BI melakukan intervensi di pasar valas dan pasar surat utang negara (SUN).
"Mulai kemarin kami sudah mulai membuka lelang membeli SUN. Berapa pun, orang mau menjual, sebenarnya kalau harganya masuk akal, ya pasti BI akan beli," ujar Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di gedung BI, Jakarta, Jumat, 23 September 2011.
Menurut dia, pagi ini BI belum membuka lelang SUN, tapi melakukan pembelian bilateral, di samping intervensi pasar valas. Dengan metode ini, pasar rupiah situasinya jauh lebih tenang, meski ada tekanan global. Namun, fluktuasinya tidak setajam 3-4 hari lalu.
"Siang nanti kami akan membuka lagi lelang, siapa yang menjual valas, akan kami beli," ujarnya.
Dengan langkah yang lebih terarah, lanjut dia, BI percaya hal ini membuat situasi pasar rupiah lebih tenang. Kurs rupiah berada di level Rp8.760-8.790 per dolar AS.
"Situasi jauh lebih tenang. Tentu saja gejolak masih ada, itu sebabnya kami buka lelang SUN," tambahnya.
BI ingin menunjukkan kepada pasar bahwa rupiah tidak jatuh lebih dalam. "Jadi kalau Anda (investor) mau keluar, kami beli. Artinya, seharga pasar, boleh sedikit di atasnya kami beli. Kalau belum berhenti, kami akan terus beli," tambahnya.
Untuk melakukan intervensi itu, BI masih menggunakan cadangan devisa sebagai amunisi. Meski Darmin enggan menyebut berapa cadangan devisa saat ini, namun angka cadangan devisa lebih dari cukup.
Kemarin, BI melakukan pembelian intervensi dengan menyerap SUN sebesar Rp3,2 triliun dari target indikatif Rp5 triliun. (art)