Jaga Rupiah, BI Diimbau Intervensi CDS

Koin 1.000 rupiah
Sumber :
  • Antara/ Hasan Sakri Ghozali

VIVAnews - Bank Indonesia diimbau untuk mengintervensi instrumen credit default swap (CDS) yang diduga dapat menjatuhkan nilai tukar rupiah. Instrumen CDS itu disinyalir banyak digunakan hedge fund untuk mempertaruhkan gagal bayar (default) suatu negara atau perusahaan.

"Pertaruhan itu yang diduga ikut memicu pelemahan rupiah beberapa waktu lalu," kata sumber VIVAnews.com di sebuah perusahaan sekuritas asing di Jakarta, pekan lalu.

Aplikasi Ini Bisa Bikin Penumpang Terhibur di Pesawat

Data kurs tengah Bank Indonesia selama sepekan menunjukkan nilai tukar rupiah berfluktuasi. Rupiah sempat melemah cukup signifikan hingga mendekati level Rp9.000 per dolar AS pada Kamis 22 September 2011.

Saat itu, rupiah ditransaksikan pada posisi Rp8.988 per dolar AS, sebelum berbalik menguat Rp8.925 per dolar AS pada perdagangan Senin 3 Oktober 2011. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah itu, Bank Indonesia sudah melakukan intervensi. Dana yang dikeluarkan sekitar US$2 miliar.

“Paling mudah membuat default utang negara adalah dengan cara menekan nilai tukarnya. Jadi, mereka akan terus menjual mata uang suatu negara dengan harapan, jika semakin anjlok, maka negara tersebut tidak akan mampu membayar utang, atau default,” ujarnya.

Ada Luka Tembus Pelipis Anggota Satlantas Polresta Manado yang Ditemukan Tewas di Mampang

Sementara itu, semakin tinggi indikator CDS juga akan mengindikasikan peningkatan potensi gagal bayar surat utang suatu negara atau korporasi, sehingga dapat memicu penurunan peringkat negara atau perusahaan. Penurunan peringkat itu yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar, seperti juga rupiah.

Untuk menahan peningkatan indikator CDS itu, menurut dia, pemerintah melalui otoritas moneter diharapkan bisa mengontrol perdagangan kontrak CDS tersebut.

Cadangan devisa yang dimiliki Indonesia sebaiknya dimanfaatkan juga untuk mengintervensi perdagangan kontrak CDS tersebut. "Upaya itu dapat menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, sehingga tidak jatuh seperti saat krisis 2008," ujar sumber itu. Cadangan devisa per akhir Agustus tercatat US$124,6 miliar.

Pengamat pasar uang dari PT Harvest International Futures, Tony Mariano, juga memprediksi pergerakan rupiah masih akan dipengaruhi faktor eksternal, di antaranya terkait perdagangan di pasar derivatif.

"Kekhawatiran pelaku pasar terhadap krisis utang di Eropa masih akan mempengaruhi sentimen di dalam negeri," kata dia kepada VIVAnews.com.

Menurut dia, guna menjaga likuiditas valas di dalam negeri, Bank Indonesia memang sebaiknya menerapkan kebijakan untuk menstabilkan rupiah. Upaya yang bisa ditempuh selain intervensi adalah penempatan devisa hasil ekspor di bank dalam negeri.  (eh)

Workshop Literasi Digital

Workshop Makin Cakap Digital, Membentuk Kesadaran Etika Berjejaring bagi Guru dan Murid Sorong Papua

Semua guru dan murid yang hadir menunjukkan antusiasme tinggi dalam menyimak materi dari para narasumber.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024