Suharso Monoarfa

"Jangan Sampai Kasus Pribadi Ganggu Kabinet"

Suharso Monoarfa
Sumber :
  • Antara

VIVAnews - Setelah dirundung masalah pribadi yakni digugat cerai sang istri, Carolina binti M Gandhi Kaluku, Suharso Monoarfa akhirnya memilih mengundurkan diri dari kursi Menteri Perumahan Rakyat Kabinet Indonesia Bersatu jilid II.

Lelaki kelahiran Mataram, Nusa Tenggara Barat, 31 Oktober 1954 ini mengaku tidak ingin masalah pribadinya membebani pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Soal kasus perceraian dengan sang istri ini memang sudah ramai diberitakan media massa. Sidang perceraian itu sudah pula digelar pengadilan.

Terpopuler: Jawaban Mamah Dedeh Soal Menantu Perempuan, Persiapan Penting Sebelum Menikah

Dalam penjelasan kepada wartawan, Presiden SBY menegaskan bahwa Suharso sudah memberi kontribusi yang besar selama menjadi menteri. Adalah Suharso yang mengagas dan mendirikan rumah susun sederhana sewa atau rusunawa bagi prajurit TNI dan Polri.

Suharso juga yang melakukan perubahan terhadap subsidi Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Dua proyek besar itu, kata SBY, sungguh dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, TNI dan Polri.

Borussia Dortmund Melangkah ke Final Liga Champions usai Tekuk PSG di Kandang

Semua pujian itu disampaikan Presiden SBY ketika mengumumkan pengunduran diri Suharso, di Istana Negara Senin 17 Oktober 2011. Penganti Suharso adalah Djan FaridzĀ  rekannya di Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Betulkah kasus perceraian dengan sang istri menganggu kinerja dan merusak citra pemerintahan SBY? Bagaimana Suharso Manoarfa menanggani masalah keluarga itu sembari menjadi menteri. Dan apa saja kesulitannya selama menjadi menteri.

Terpopuler: Teuku Ryan Tertekan Jadi Suami Ria Ricis, Nikita Mirzani Bongkar Aib Rizky Irmansyah

Berikut petikan wawancara Antique Sulaeman dari VIVAnews.com dengan Suharso Monoarfa. Wawancara dilakukan di ruang kerjanya di Jl. Raden Patah I No. 1 Lantai 2 Wing 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin 17 Oktober 2011.

Keberhasilan Anda selama dua tahun ini menjadi menteri apa saja?

Sepertinya apa yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyo, saat mengumumkan pengunduran saya, itu sudah cukup. Jadi, apa yang disampaikan Presiden saya merasa tersanjung. (Lengkapnya silakan baca di sini)

Lalu apa yang masih menjadi pekerjaan rumah menteri berikutnya?
Ya, masih mengenai pengadaan rumah murah seperti yang ditekankan Presiden. Tapi saya kira, itu akan menjadi tugas menteri yang baru.

Selama Anda menjadi menteri, kesulitan apa yang pernah dihadapi?
Saya kira, mengenai pengadaan tanah atau lahan bagi pembangunan rumah murah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Harusnya, bisa dipikirkan bagaimana cara penyediaan bank tanah melalui sebuah tabungan masyarakat.

Kalau itu sudah bisa, saya rasa dampaknya akan luar biasa. Tapi untuk tujuan ini diperlukan sebuah undang-undang tabungan perumahaan. Itu memang sudah diperintahkan oleh UU No 1 tahun 2011, tentang Perumahaan dan Kawasan Permukiman.

Artinya, semua itu perlu banyak pihak yang terlibat, termasuk pengembang dan perbankan?
Oh iya donk. Misalnya untuk pembangunan rumah susun (rusun). Di dalam UU, ada kewajiban bagi pengembang rusun komersial untuk menyediakan rumah susun umum atau kelas bawah sekurang-kurangnya 20 persen dari total luas lantai rumah susun komersial yang dibangun.

SBY menilai Anda cukup berhasil, tapi kenapa malah mengundurkan diri? Apa karena Anda takut masalah pribadi yang kini menimpa Anda akan terus disorot publik?
Oh, saya mundur bukan karena tuntutan publik, tidak ya. Sebetulnya, saya ingin urusan domestik saya itu, pada tingkat kualitas dan skala yang rendah bila sampai mengganggu kinerja kabinet. Tapi sepertinya tidak. Tapi saya tidak bisa menjelaskan terus-terusan permasalahan pribadi ini. Jadi, lebih baik memilih mundur.

Pengunduran diri ini juga sudah lama saya timbang-timbang dan rencanakan. Jangan sampai, persoalan pribadi saya ini akhirnya dieksploitasi sedemikian rupa dan mengganggu performa kabinet.

Sebelumnya, saya pernah kemukakan ini (pengunduran diri) ke teman-teman di partai, tapi katanya jangan dulu, sebab belum tepat waktunya. Akhirnya, surat mengundurkan diri saya ajukan dan diterima Presiden.

Tentunya, pengunduran diri ini bukan untuk menunjukkan ketidaksetiaan terhadap Presiden SBY. Justru sebaliknya, saya ingin menunjukkan kalau saya loyal kepada pemerintahan SBY.

Setelah berhenti menjadi menteri, apa yang akan Anda lakukan?
Pastinya, akan kembali menjadi pengusaha. Saya kan pernah menjadi pengusaha, profesional dengan semangat yang tinggi di bidangnya. Bahkan, saya pernah membawa perusahaan keluarga menjadi perusahaan yang tercatat sebagai perusahaan publik. Sebagai pengusaha, saya juga pernah ikut membangun pabrik terbesar di Indonesia untuk bidang petrokimia.

Jadi, saya insya Allah tidak akan kabur, yakin, senantiasa terbuka dengan peluang-peluang yang ada. Tapi tentunya, pertama saya akan istirahat lebih dahulu sebentar untuk kembali lagi berbisnis. Pokoknya, saya akan memberikan yang terbaik dan yang terbaik untuk bangsa dan negara.

Apa Anda berniat menggeluti bisnis properti?
Kalau itu, lihat saja nanti ya.

Bagaimana dengan karir politik Anda?

Saat ini, saya tercatat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan dan bertanggung jawab untuk kemenangan Pemilu pada 2014.

Jadi, kalau di politik tetap. Tapi saya tidak akan berandai-andai untuk menjadi calon legislatif (Caleg) 2014, karena sudah jauh hari saya katakan itu. Tahun 2009 pun saya bukan Caleg. Tapi kepada teman-teman di partai, saya bilang tetap akan ikut berpartisipasi untuk memenangkan Pemilu 2014.

Ya, sebetulnya saya ini merasa mendapatkan kehormatan ketika masuk jajaran kabinet pada 2009, karena itu sesuatu di luar dugaan dan saya tidak memasang ekspektasi tinggi kala itu untuk menjadi menteri. Tapi kehormatan itu datang.

Sementara, saya memiliki persoalan keluarga yang tidak bisa saya bagi kepada publik dan saya mengkhawatirkan kalau itu (masalah) belum selesai nanti bagaimana. Nah, ternyata apa yang saya takutkan dan diduga itu terjadi dan istri saya merasa tidak menerima. Jadi saya harus memikirkan langkah-langkah yang akan diambil (mengundurkan diri). Tapi biarlah, itu menjadi bagian dari kehidupan saya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya