Pelopor Batik Kayu Ubah Nasib Petani

Kemiskidi finalis danamon award 2011
Sumber :
  • danamonaward.com

VIVAnews - Masyarakat Dusun Krebet, Bantul Yogyakarta dulunya lebih banyak menjadi petani dan pengrajin anyaman bambu maupun tikar. Namun siapa sangka saat ini dusun ini lebih terkenal sentra kerajinan kayu batik.

Dusun Krebet saat ini justru terkenal sebagai daerah wisata yang dikunjungi wisatawan. Sosok Kemiskidi berada di balik perubahan itu. Pria berusia 46 tahun ini sejak kecil berusaha menghindar agar tidak disuruh bekerja di sawah, dan belajar membuat topeng kayu kepada Warno Warsito, seniman topeng kayu di Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon Bantul. Ia lalu menjual hasil karyanya ke Malioboro dan art shop di Yogyakarta.

Kemiskidi lalu memutuskan untuk bekerja di rumahnya sendiri pada 1988. Ia lalu mengajak tetangganya untuk membuat topeng. Ia memberdayakan masyarakat pengrajin dengan membuat produk yang terbilang unik, yaitu batik kayu.

Ia juga mendirikan sanggar hingga berjumlah 46 sanggar. Kelompok sanggar ini diberi nama Kelompok Sadar Wisata atau akrab disingkat Mpok Darwis dan berkembang menjadi sebuah koperasi "Koperasi Sido Katon" yang melayani kebutuhan para pengrajin.

Berkat keuletan dan kegigihannya, kini Desa Krebet dikenal sebagai salah satu desa wisata di Jogjakarta. "Dengan adanya kerajinan batik kayu itu sendiri membuat di daerah saya menjadi tujuan wisata," ungkapnya kepada VIVAnews sesudah menerima penghargaan Danamon Award.

Saat ini, Kemiskidi memiliki sekitar 30 orang karyawan yang bekerja di rumahnya.  Namun dia juga membuat jaringan untuk sub kerja. "Ada sembilan tempat membatik, lalu ada 13 tempat yang membuat putihan atau bahan yang dipakai untuk dibatik," kata dia.

Kerajinan kayu batik itu dijual tak hanya ke di Yogyakarta, tapi juga Bali dan Jakarta. Omset kerajinan ini mengalami fluktuasi, seperti pada 2009 lalu yang turun hanya Rp25 juta per bulan. Namun pada 2010 omset kembali naik rata-raat Rp70 juta per bulan. Menurutnya permintaan produk kerajinan ini tidak selalu stabil bahkan cenderung berubah setiap tahun.

"Untuk produksi katakanlah kurang maksimal, tapi kita tidak mengurangi karyawan. Kita harus menyiasati. Saat ini kurang lebih ya Rp60-80 juta per bulannya," ungkapnya.

Pada awalnya usahanya itu tidak mendapat bantuan pemerintah. Padahal usahanya itu memajukan daerahnya. Namun sekarang jika ada pameran, pemerintah mengajak pengrajin Desa Krebet, mulai dari pameran daerah hingga tingkat nasional.

Di desa wisata Krebet, wisatawan tak hanya bisa membeli produk kerajinan kayu batik, namu juga dapat melihat secara langsung bagaimana proses produksi. Wisatawan juga dapat mengikuti pelatihan membatik di sana. Hasil kerajinan itu bisa dibawa pulang. (eh)

6 Pemain yang Bisa Didatangkan Inter Milan, dari Juara Serie A hingga Penantang Liga Champions
Anang Hermansyah dan Ghea Indrawari

Pertanyakan Ghea Indrawari yang Belum Menikah, Anang Hermansyah Dihujat Netizen

Anang Hermansyah mulanya menanyakan berapa usia Ghea Indrawari. Suami Ashanty tersebut nampak keheranan karena sampai kini Ghea Indrawari belum punya pasangan.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024