- Dharma
VIVAnews - Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Anggito Abimanyu, menyatakan program konversi yang dicanangkan pemerintah tidak akan berjalan mulus. Sebab, terdapat permasalahan yang belum terselesaikan oleh pemerintah.
Menurut dia, perbedaan harga antara bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan gas tidak rasional. Bahkan, dengan liquefied gas for vehicle (LGV), harga BBM bersubsidi justru lebih murah.
"Harga compressed natural gas (CNG) Rp4.100 dan LGV Rp5.500 per liter, sedangkan premium Rp4.500," ujarnya saat ditemui di Auditorium Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Kamis 9 Februari 2012.
Selain itu, dia mengatakan, keamanan dan kelaikan konverter bahan bakar gas (BBG) belum teruji. Apalagi, infrastruktur stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di Indonesia masih sangat minim dan tidak merata. "Dengan dipasang konverter, maka garansi pabrik bisa dicabut," tuturnya.
Karena itu, dia menyarankan kenaikan harga BBM bersubsidi Rp500-1.000 per liter. Anggaran penghematan tersebut dapat diberikan insentif untuk BBG. "BBG bukan opsi, tetapi wajib sebagai bahan bakar yang terjangkau, aman, dan ramah lingkungan," katanya. (art)