GAPMMI: Cermati Perilaku Bisnis Australia

VIVAnews - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh Indonesia (GAPMMI) meminta pemerintah mencermati perilaku bisnis yang ada di Australia selepas teken perjanjian perdagangan bebas antara ASEAN dengan Australia dan Selandia Baru.

"Selama ini, perjanjian perdagangan bebas hanya pemerintah dengan pemerintah, kalaupun melibatkan pengusaha, pasti hanya importirnya saja," kata Ketua Umum GAPMMI Thomas Darmawan di Jakarta, Rabu, 25 Februari 2009.

Padahal, menurutnya, di Australia sudah ada perubahan bisnis dimana perusahaan-perusahaan besar seperti pengolahan daging atau susu sudah dikuasai oleh negara lain.

Agung Sedayu Lengkapi PIK 2 dengan Taman Doa Lady of Akita Senilai hingga Rp 250 M

"Ambil contoh, perusahaan pengalengan daging Nippon Meat Packers dari Jepang dan ada beberapa perusahaan susu dari China dan Amerika Serikat," ujarnya.

Kewaspadaan pemerintah, kata Thomas, yakni ketika di masa sulit ini perusahaan-perusahaan tersebut akan tetap memprioritaskan negara asalnya. "Apabila persediaan mereka terbatas, pasti mereka akan lebih banyak memasok ke negaranya," ujarnya.

Oleh karena itu, Thomas mengusulkan agar asosiasi pengusaha dan Kadin terlibat lebih aktif dalam implementasi perjanjian tersebut. "Supaya apa yang dilakukan bisnis di Australia dan Selandia Baru bisa diketahui oleh kita," katanya.

Selain itu melalui perjanjian ini, Thomas menilai pemerintah Australia dan Selandia Baru seharusnya memikirkan untuk mengembangkan industri pengolahan makanan dan minuman di Indonesia mengingat kedua negara tersebut pemasok bahan baku terbesar untuk industri tersebut.

"Mereka banyak sekali ekspor gandum dan susu, tapi pabrik tepung terigu atau susu di Indonesia dari investor Australia cuma sedikit. Mereka lebih banyak di pertambangan," katanya.

Seharusnya, dia menambahkan, investor Australia lebih banyak membangun pabrik di Indonesia agar ekspor gandum dan susu mereka meningkat.

Selain susu dan daging yang bea masuknya akan dinolkan pada 2017, menurut Thomas, pemerintah perlu mengupayakan eliminasi tarif pada impor raw sugar. "Kebutuhan raw sugar kita sangat besar dan impor kita dari Australia yang paling banyak," katanya.

Thomas menjelaskan kebutuhan raw sugar untuk industri gula rafinasi setiap tahun sekitar 1,9 juta ton untuk diolah menjadi 1,5 juta ton gula rafinasi.

Sampah plastik.

Kemasan Guna Ulang Dinilai Perlu Digalakkan untuk Kurangi Timbunan Sampah Plastik

Data National Plastic Action Partnership, menyatakan, volume sampah plastik tumbuh sebesar 5 persen setiap tahunnya. KLHK menegaskan mengurangi sampah hingga 30 persen.

img_title
VIVA.co.id
5 Mei 2024