Direktur Keuangan PT Telkomsel Heri Supriadi:

"Telkomsel Tetap Fokus ke Jaringan"

Heri Supriadi Direktur Keuangan Telkomsel
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews – Perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, PT Telkomsel, baru-baru ini merombak susunan direksinya. Salah satunya adalah posisi Direktur Keuangan yang kini dijabat oleh Heri Supriadi, lulusan Fakultas Teknik Industri ITB angkatan tahun 1985.

Terungkap, Ini Hasil Tes Kejiwaan Suami Mutilasi Istri di Ciamis

Bagaimana strategi pria kelahiran Muara Aman, Bengkulu, 2 Januari 1965, tersebut dalam mengelola keuangan Telkomsel? Berikut petikan wawancara VIVAnews dengan pada Senin, 30 Juli 2012, pekan lalu:

Pelanggan Telkomsel sangat besar, ada strategi tertentu untuk memanfaatkan komunitas pelanggan ini?
Ya besarnya komunitas adalah salah satu advantage kami dibandingkan dengan yang lain. Kami kembangkan solusi-solusi di bidang digital life. Yang ingin kami lakukan, yaitu berkolaborasi, kerjasama dengan perusahaan digital lokal, atau dua parent kami, PT Telkom dan Singapore Telecom.
Artinya ya kami coba mencari manfaat dari posisi itu yang tidak dimiliki oleh pesaing.

Aksi Pro-Palestina di AS, Joe Biden: Tidak Boleh Ada Anti-Yahudi

Telkomsel sangat bankable, di sisi lain, sebagai perusahaan besar, adakah rencana mencari pendanaan yang lebih murah dari pasar uang atau pasar modal?
Keputusan go public bukan di manajemen, tapi pemegang saham yang keduanya sudah go public. Kan kalau masalah cash operasi itu kan dari ekuitas. Kami menilai posisi ekuitas masih sangat cukup, belum perlu mencari dana dari pasar modal.

Memang, kalau misalnya masuk pasar modal, standar kami jadi tinggi. Tapi sebenarnya kami bagian dari integrated audit-nya Telkom, yang merupakan perusahaan terbuka. Kan dilihat aset materialnya, pendapatannya semua dengan sistem yang sama. Jadi kami sudah menerapkan prinsip-prinsip sebagai perusahaan go public.

Jokowi akan Bisiki Prabowo soal Potensi Besar dari Budi Daya Ikan Nila Salin

Selama lima tahun ke depan, Telkomsel tetap akan memenuhi kebutuhan belanja modal (capex) dari kas internal saja?
Kami nggak punya problem dengan equity karena utang kami cuma sekitar Rp4 triliun, sementara equity kita sekitar Rp40 triliun. Saat ini kami belum ada keperluan untuk masuk ke pasar modal.

Bagaimana dengan investasi ekspansi untuk jaringan?
Investasinya di radio akses dan kegiatan inti yang mendukung IT, kira-kira investasi kami seperti itu. Kami investasi di situ karena jaringan merupakan salah satu kunci sukses kami. Saat ini posisi kami merupakan market leader dalam jaringan, cakupan, dan kualitasnya. Nilai investasinya ke investor kami bilang sekitar US$1,1 miliar per tahun.

Kontribusi Telkomsel ke Telkom seberapa besar?
Yang paling signifikan. Kami tahun lalu berhasil meraih pendapatan Rp48 triliun.

Tahun ini laba bersih Telkomsel akan tumbuh berapa?
Sebagai bagian dari perusahaan go public kami tidak bisa memberikan data-data proyeksi seperti itu. Tapi kalau tumbuhnya akan berapa ya kira-kira sama lah dengan pertumbuhan di industri ini

Telkomsel sangat berpotensi menjadi semacam bank di masa mendatang, Anda sudah mempersiapkan strateginya?
Itu banyak aspeknya, pada aspek regulasi, rule of the game bagaimana? Orang bank melihat kami sebagai alat saja yang punya infrastruktur. Sedangkan kami dari sisi operator telekomunikasi, melihat sistem pembayaran sebagai bagian dari layanan saja. Tapi yang jelas perbankan punya regulasi sendiri yang kami mesti patuhi.

Kami merasa punya akses ke pelanggan, tapi perbankan juga bisa beli fasilitasnya. Jadi saya kami sebenarnya alat saja, kami cuma punya pipanya dan yang jelas ada regulasi Bank Indonesia yang harus kami ikuti. Misalnya karakteristik nilai uang itu kan tidak boleh kedaluwarsa, nah bagaimana dengan pulsa yang juga ada nilai uangnya?

Bagaimana perkembangan layanan T-Cash dari Telkomsel?
Cukup bagus, tahun lalu pelanggan T-Cash mencapai 5 juta orang. Pada kuartal kedua tahun ini jumlahnya melonjak mencapai 11 juta pelanggan.

Sebagai insinyur lulusan Teknik Industri ITB, ilmu apa yang Anda pakai dalam menekuni karir di Telkom dan Telkomsel?
Ilmu teknik industri yang bisa dipakai di sini adalah pengambilan keputusan dalam sistem  seperti ini, lainnya tentang sistem operasi. Alasan saya dulu masuk Telkom sederhana saja, saya mencari tempat kerja yang bisa nyekolahin. Jadi  perusahaan yang menyekolahkan kan kalau nggak Telkom ya BI (Bank Indonesia). Nah sesederhana itu saja, tapi ternyata memang harus ke sini. Lulus saya langsung ke Telkom.

Dunia teknik jauh dari sektor keuangan, bagaimana Anda menyikapinya?
Pertama, saya nggak masuk di industri yang seperti manufaktur, sementara saya butuh lebih banyak pengetahuan skill di bidang industri. Kalau saya dari teknik industri, pantesnya jadi direktur teknik maupun produksi dan sebagainya.  Ini industrinya layanan, artinya saya harus menambah pengetahuan.

Kedua, sebenarnya kalau saya bilang, teknik industri S1 nya itu baru memberikan fundamental saja.  Kita nggak bisa mengatakan sudah master dalam bidang itu, pun saat kita mendalami tentang teknik industri. Apalagi jika di industrinya seperti ini, jadi saya harus ngembangin knowledge saya di teknik industri.

Atas dasar itu dengan basis yang ada, kita punya ilmu perencanaan bisnis yang sedikit, kemudian aset yang paling besar dalam teknik industri itu adalah melihat perusahaan secara sistem, itu saja sebenarnya.

Nah setelah itu saya butuh skill yang memang dibutuhkan, saya sekolah lagi, passion saya di bagian keuangan, saya sebenarnya saat di kanada disuruh sekolah marketing. Akhirnya saya mengambil kewajiban saya di marketing tapi tetap juga ambil keuangan.

Pulang saya punya dua gelar, marketing dan  finance.  Untungnya ada pilihan, saya pilih finance sejak 1998. Sebelum masuk sini, saya sempat menjadi dirut anak perusahaan Telkom yang mengelola semua properti milik Telkom.

Wawancara ini merupakan kerjasama dengan Ikatan Alumni Teknik Industri ITB.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya