Sumber :
- REUTERS/Brendan McDermid/Files
VIVAnews
- Raksasa piranti lunak komputer, Micosoft Corp., telah mencapai kata sepakat untuk mengakuisisi divisi ponsel milik perusahaan komunikasi Nokia, berikut hak-hak patennya, senilai US$7,2 miliar. Ini merupakan cara terkini bagi Nokia untuk bertahan di pasar ponsel dan juga strategi Microsoft untuk ikut sukses di bisnis alat komunikasi itu.
Menurut kantor berita
Reuters
, rencana akuisisi ini diharapkan bisa tuntas di triwulan pertama 2014. Setelah melepas divisi ponselnya, Nokia akan fokus kepada unit-unit bisnis yang masih dikuasai, yaitu peralatan jaringan, bisnis navigasi, dan paten teknologi.
Sebenarnya sudah sejak dua tahun lalu divisi ponsel Nokia mulai menggantungkan nasib ke Microsoft setelah produk terbarunya, Lumia, memakai sistem operasi Windows Phone besutan Microsoft. Sempat merajai pasar ponsel dunia, dalam beberapa tahun terakhir ini perusahaan asal Finlandia terpuruk setelah kalah bersaing dari Apple, Samsung, dan raksasa-raksasa lain.
Dalam tiga tahun terakhir pun Nokia dipimpin oleh mantan eksekutif Microsoft. Dia adalah Stephen Elop, yang pernah mengelola divisi bisnis piranti lunak Microsoft sebelum pindah ke Nokia pada 2010 menjadi Kepala Eksekutif Korporat (CEO).
Dengan akuisisi Microsoft atas bisnis ponsel Nokia, Elop pun akan kembali ke kantor yang lama. Dia tidak saja akan memimpin megabisnis ponsel Microsoft, namun juga disebut-sebut sebagai calon kuat pengganti Kepala Eksekutif Korporat perusahaan itu, Steve Ballmer. Setelah sekian lama memimpin Microsoft, Ballmer pekan lalu mengumumkan bakal pensiun sebagai CEO dalam beberapa bulan mendatang.
Rencana akuisisi Microsoft atas divisi ponsel Nokia itu disambut baik kalangan pengamat. "Microsoft tidak bisa menjauh dari bisnis ponsel pintar dan lagipula harapan agar para vendor lain mendukung Windows Phone juga memudar cepat. Maka membeli Nokia terjadi di waktu yang tepat," kata Carolina Milanesi, pengamat dari Gartner.
Produk Tembakau Alternatif untuk Perokok Dewasa, Bukan bagi Generasi Muda
Hal tersebut berpotensi membuat perokok dewasa enggan memanfaatkan produk tembakau alternatif untuk beralih dari kebiasaannya.
VIVA.co.id
29 April 2024
Baca Juga :