Sumber :
- forbes.com
VIVAnews - Ketua Komite Ekonomi Indonesia, Chairul Tanjung mengingatkan pemerintah bahwa dampak dari penarikan stimulus moneter Amerika Serikat sudah terjadi di pasar keuangan Indonesia saat ini.
Di sela-sela acara, Risk & Goverment Summit 2013, Jakarta, Rabu 4 Desember 2013, dia mengatakan bahwa modal asing perlahan-lahan keluar dari Indonesia, meskipun kebijakan bank sentral AS tersebut belum dilakukan saat ini.
"Jangan lupa, pasar itu selalu melakukan sebelum dilakukan, sekarang pun mereka sudah melakukan. Jadi, bukan stimulusnya saja yang ditarik oleh The Fed tapi pasarnya juga sudah menarik," ujarnya.
Untuk itu, menurutnya, pada saat kebijakan tersebut diterapkan, goncangan yang terjadi tidak akan terlalu signifikan dirasakan. Sebab, secara tidak langsung, saat ini efek kebijakan tersebut sudah dirasakan.
"Ini, karena masalah waktu saja. Nanti, begitu terjadi, kondisi pasar akan sedikit guncang tapi dalam waktu yang singkat rebound lagi," ujarnya.
Dirinya menegaskan, ekonomi Indonesia harus siap menghadapi kebijakan tersebut. Negara-negara emerging market (berkembang) harus siap ekonominya melambat karena kebijakan itu.
Sebab sesungguhnya, tambahnya, strimulus yang digelontorkan AS tersebut hanya vitamin sementara yang mempercepat pertumbuhan ekonomi, bukan sebagai faktor utama pendorong pertumbuhan.
"Kita kan harus bisa berdiri di kaki sendiri, masa berdiri di atas kaki orang," katanya.
Dunia usaha, lanjutnya, tidak terlalu khawatir mengenai kebijakan tersebut. Sebab, pada prinsipnya arus modal memang akan lari ke tempat yang lebih menguntungkan.
"Iya, sekarang Indonesia memang tidak menguntungkan. Lihat saja, pasar modal kita tidak naik-naik. Tapi kan, sebelumnya naiknya kaya roket, pasar as always like that," ujarnya. (eh)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Ini, karena masalah waktu saja. Nanti, begitu terjadi, kondisi pasar akan sedikit guncang tapi dalam waktu yang singkat rebound lagi," ujarnya.