Sumber :
- Reuters
VIVAnews
- Sejumlah saham di bursa Amerika Serikat pada tahun ini diperkirakan
rally
antara 5 persen - 10 persen. Perkiraan tersebut dituturkan
Chief Investment
Guggenheim Partners, Scott Minerd. Namun, menurutnya, investor lebih tertarik dengan bursa Eropa karena lebih menarik dibanding bursa Amerika Serikat.
Dikutip dari laman
CNBC
, Selasa 21 Januari 2014, Minerd menjelaskan pada tahun lalu indeks S & P 500 melonjak 30 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, momentum pelonjakan tersebut diperkirakan akan berlanjut pada tahun ini.
"Jika melihat secara historis kinerja pada tahun lalu, momentum kenaikan itu akan berlanjut. Diperkirakan sejumlah saham di bursa Amerika Serikat bisa melonjak 5 persen hingga 10 persen," ujarnya.
Namun, Minerd menuturkan, perusahaannya yang mengelola investasi lebih dari US$190 miliar, lebih memfokuskan pada bursa Eropa. Menurutnya, bursa Eropa lebih terbuka untuk naik lebih tinggi dibandingkan bursa Amerika Serikat.
"Bursa Eropa terlihat sangat menarik dan saya pikir penurunan di bursa itu lebih mungkin untuk bisa diredam," imbuhnya.
Dia menjelaskan melonjaknya sejumlah saham di bursa Amerika Serikat pada tahun lalu disebabkan oleh program stimulus moneter yakni pembelian obligasi oleh Amerika Serikat di berbagai negara sebesar US$85 miliar per bulan.
Baca Juga :
Pembubaran Ibadah Rosario Mahasiswa Katolik di Tangsel Dinilai Tak Mencerminkan Ajaran Islam
Lebih lanjut dia menuturkan Federal Reserve mengurangi pembelian aset mulai Januari 2014 senilai US$10 miliar. Dengan demikian, pembelian obligasi oleh Amerika Serikat di berbagai negara yang tadinya US$85 miliar per bulan sejak
quantitative easing
(QE) tahap III September 2012, mulai tahun ini menjadi US$75 miliar per bulan.
Analis memperkirakan bank sentral Amerika Serikat akan terus memotong secara bertahap program stimulus moneternya sepanjang tahun ini.
Menurutnya, kebijakan itu bisa saja salah. Dia mengatakan kebijakan yang salah sari salah satu bank sentral dapat menggagalkan pasar.
"Saya pikir kebijakan yang diambil lebih cepat daripada perkiraan itu mungkin menjadi tidak baik bagi pasar. Jadi saya ragu bank sentral AS akan mempercepat pemangkasan stimulus moneter mereka, tetapi jika mereka melakukan itu, itu bisa menjadi kebijakan yang salah yang dapat merusak pasar," ungkapnya.
Halaman Selanjutnya
quantitative easing