Sumber :
- VIVAnews/Daru Waskita
VIVAnews
- Pengamat Ekonomi dari Universitas Gajah Mada, Tony Prasetiyono, mengatakan bahwa tidak ada pilihan, harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi harus segera naik. Hal ini, dilakukan agar anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tetap sehat dan tidak jebol.
Ditegaskan Tony, Senin 1 September 2014, dengan menaikkan harga BBM subsidi ini, orang akan mengurangi deman BBM bersubsidi dan menaikkan deman pertamax. Sehingga, mustahil jika pemerintah tidak menaikkan harga BBM bersubsidi.
"Kalau tidak ada kenaikan harga, kuotanya akan jebol di November dan awal Desember," kata Tony, di Jalan Cemara, Jakarta.
Tony berharap, kenaikan harga BBM bersubsidi ini segera dilakukan, paling tidak pada September 2014 ini. Sehingga, seharusnya yang mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi adalah Presiden Susio Bambang Yudhoyono, namun didampingi oleh Presiden Terpilih, Joko Widodo.
Hal itu, menurut Tony, dilakukan untuk menunjukkan bahwa pilihan menaikkan harga BBM subsidi ini adalah keputusan bersama.
"SBY kan tahun 2014 ini sampai Oktober, dan Jokowi mulai 20 Oktober sampai akhir tahun, berarti SBY harus bertanggung jawab pada 10 bulan pertama ini. Mestinya dia harus
responsible
terhadap struktur APBN kita," ujar dia.
Baca Juga :
Pembubaran Ibadah Rosario Mahasiswa Katolik di Tangsel Dinilai Tak Mencerminkan Ajaran Islam
Selain itu, diharapkan kenaikan BBM subsidi jangan hanya Rp500 saja, tetapi paling tidak naik hingga Rp2.000, agar dampak kepada APBN lebih terasa. "Respons masyarakat juga akan sama," lanjutnya.
Jika APBN membaik, kata dia, tahun depan akan menimbulkan efek positif dari pasar. "Jika APBN kita sangat buruk dan itu akan menimbulkan sentimen negatif,
capital inflow
tidak masuk," tutur Tony. (asp)
Halaman Selanjutnya
Jika APBN membaik, kata dia, tahun depan akan menimbulkan efek positif dari pasar. "Jika APBN kita sangat buruk dan itu akan menimbulkan sentimen negatif,