Peran Askes Perlu Diperbesar Agar Obat Murah

VIVAnews - Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menganggap optimalisasi peran dan membesarnya skala usaha PT Asuransi Kesehatan/Askes (Persero) bisa menekan harga obat yang selama ini cukup mahal. 

"Rata-rata harga obat Indonesia sangat tinggi, karena terlalu banyak komisi dan macam-macam. Kalau Askes bisa promosikan obat generik, biaya kesehatan masyarakat kita makin turun," kata Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat, 1 Mei 2009.

Menurut Sofyan, dengan semakin besarnya skala usaha Askes, lanjut dia, bisa membuat perusahaan suatu saat  membeli obat dari luar negeri dan dijual dengan margin keuntungann lebih sedikit dibandingkan perusahaan farmasi lainnya.

Simfoni Warna dan Motif Nusantara Menyatukan dengan Keindahan Kain Tradisional

Untuk mencapai target tersebut, perusahaan minimal bisa menerapkannya terlebih dahulu kepada 40 juta peserta asuransi yang umumnya pegawai negeri sipil (PNS).

Peran Askes yang diharapkan bisa menjadi BUMN asuransi terbesar, bisa menjadikan perusahaan tersebut sebagai instrumen kebijakan publik dalam menetapkan harga obat, mempengaruhi kebiasan para dokter, serta kebijakan kesehatan lainya.

"Askes bisa menjadi cikal bakal sistem asuransi nasional dimana ada bisnis yang disubsidi dan ada bersifat yang komersial," kata dia.

Lebih jauh, Askes juga bisa dijadikan instrumen oleh pemerintah untuk mempromosikan obat generik. Sebab, selama ini obat murah tersebut kurang promosi dan hanya digunakan jika menjadi program pemerintah.

Prabowo-Gibran Menang, Relawan: Program Harus Jalan dan Sampai ke Masyarakat

"Sedikit sekali yang menggunakan obat generik kecuali program pemerintah. Padahal diharapkan (obat ini) bisa digunakan secara umum," ujar Sofyan.

Sofyan menuturkan, kualitas obat generik dan obat lain dipasaran sebenarnya sama saja. Mahalnya, harga obat selama ini akibat perusahaan farmasi mengeluarkan biaya lebih untuk penelitian, pemasaran, dan pembelian hak paten obat.

"Bedanya dengan obat generik, karena (obat murah) ini menggunakan paten yang sudah habis masa berlakunya. Kalau membeli obat paten bisa Rp 100 ribu, obat generik hanya 10 ribu, hanya saja obat ini kalah promosi karena tidak ada iklan," ujar dia.

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua/ilustrasi

Setelah Serang Gereja, KKB Menuju Sekolah Bikin Guru Ketakutan hingga Lari ke Hutan

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) wilayah Distrik Borme, Kabupaten Pegunungan Bintang melakukan perampasan barang elektronik milik jemaat Gereja hingga masuk ke sekolah.

img_title
VIVA.co.id
5 Mei 2024