Ini yang Dihadapi Indonesia Saat Pasar Bebas 2015

IPTEKIN 2014
Sumber :
  • Vivanews/AgusTH
VIVAnews
- Indonesia segera menghadapi pasar bebas ASEAN atau yang dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015. Pada saat itu, setiap negara akan berjibaku untuk menginvasi negara dengan produk-produk Asia Tenggara.


Menteri Koordinator Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta yang diwakilkan oleh Deputi Bidang Kelembagaan Iptek Mulyanto, menyampaikan, Indonesia perlu membenahi dan menyiapkan diri untuk pasar bebas tersebut.


"Pasar bebas ASEAN semakin dekat dalam hitungan bulan. Oleh karenanya perlu persiapan secara menyeluruh baik itu infrastruktur dukungan iptek dan inovasi, serta kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mendukung SDM," ujar Mulyanto di Gedung LIPI, Jakarta, Kamis 9 Oktober 2014.


Indonesia perlu mengantisipasi empat permasalahan saat berada dalam arus pasar bebas 2015.


Pertama, implementasi ASEAN Economic Community (AEC) yang berpotensi akan menjadikan Indonesia sekedar pemasok energi dan bahan baku bagi industrial di kawasan ASEAN, sehingga manfaat yang diperoleh dari kekayaan sumber daya alam sangat minim.


"Kedua, melebarnya defisit perdagangan jasa seiring peningkatan perdagangan barang," ucap Mulyanto.


5 Susu Terbaik untuk Diet, Enggak Perlu Takut Badan Melar
Kemudian yang ketiga, ia menambahkan, implementasi AEC akan membebaskan aliran tenaga kerja yang berpotensi banjirnya tenaga kerja asing sehingga berdampak pada naiknya remitansi TKI.

Sederet Jurusan Kuliah dengan Kurikulum Paling Menantang, Siap-siap Berpikir Keras!

"Keempat, implementasi AEC akan mendorong masuknya investasi ke Indonesia dari dalam dan luar ASEAN," jelasnya.
9 Sumber Protein Nabati Tanpa Lemak Terbaik untuk Menurunkan Berat Badan


Maka dari itu, kata Mulyanto, Forum Tahunan Pengembangan Iptek dan Inovasi Nasional (IPTEKIN) yang keempat ini diharap akan menjadi salah satu solusi untuk bersaing dalam MEA.

Dua sektor


Pelaksana tugas (plt) Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Akmadi Abbas mengatakan kapasitas inovasi dan teknologi yang dilakukan oleh industri Indonesia masih lemah.


"Industri kita belum didukung oleh riset dan teknologi. Hanya segelintir yang bisa menembus pasar ASEAN, seperti sektor pangan dan kimia yang bisa," ujar dia.


Menurut dia, penerapan inovasi dan teknologi pada industri, setidaknya bisa membantu usahanya untuk dikomersilkan secara luas.


"Hal ini disebabkan oleh kurangnya investasi riset," ungkapnya.


Maka dari itu, LIPI mencoba memberikan edukasi kepada industri-industri mengenai inovasi riset dan teknologi.


Namun, Akmadi mengungkapkan bila LIPI sendiri yang berperan akan terasa berat, sehingga perlu didukung dengan bantuan dari pemerintah, khususnya pemerintah baru yang akan terbentuk dibawah kepemimpinan Jokowi-JK.


"Mungkin perlu ada siasat bagi komoditas yang belum, baik bentuknya kebijakan atau peraturan penerapan riset dan teknologi," ucapnya. (ita)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya