Perempuan Pengusaha: Bunga Kredit Perbankan Masih Memberatkan

Ilustrasi pelaku UKM.
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy
VIVAnews
- Menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlaku tahun depan, pengusaha wanita yang tergabung dalam Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) mengaku menghadapi beberapa kendala serius.


Ketua Umum IWAPI, Dyah Anita Prihapsari, menuturkan, salah satu kendala yang dihadapi pengusaha wanita adalah bunga kredit perbankan yang cukup tinggi.


"Bunga kredit perbankan yang tinggi menjadi kendala bagi kami," kata Dyah di sela Rakernas IWAPI ke-25 di Sanur, Denpasar, Bali, Senin 24 November 2014.


Lantaran hal itu, ia melanjutkan, sektor usaha mikro, kecil dan mengengah (UMKM) sulit berkembang. Sejumlah kendala lainnya, yakni pungutan retribusi yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, kepastian hukum dan pengurusan izin yang masih belum maksimal, kendati sudah ada pelayanan satu pintu.


"Ini kendala yang dihadapi pengusaha, khususnya pengusaha wanita," katanya.

Anaknya Kumpul Bareng Keluarga Sule, Nathalie Holscher: Bahagia Selalu Ya Adzam

Jelang MEA 2015, Dyah berharap hal itu segera dicarikan jalan keluarnya oleh pemerintah. Dyah meminta kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk segera membuat kebijakan yang pro kepada pengusaha perempuan yang bergerak di sektor UMKM.
Terpopuler: Mitos Fakta Lahir C-Section Seperti Ria Ricis, Trik Hindari Heatstroke saat Ibadah Haji


Bungkam Bayern Munich, Real Madrid Tantang Borussia Dortmund di Final Liga Champions
"Harus ada strategi yang kuat dari pemerintah mengatasi kendala yang dihadapi itu," ujarnya. Apalagi, katanya, dari 32 ribu anggota IWAPI, 83 persennya adalah pengusaha di sektor UMKM. Komposisinya 60 persen pengusaha mikro dan kecil, sementara 13 persen pengusaha menengah.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan, Rahmat Gobel menuturkan, jika pemerintah tengah berupaya keras untuk mencarikan jalan keluar. Salah satunya, adalah dengan melakukan percepatan pembangunan infrastruktur.


Pembangunan infrastruktur akan memangkas biaya produksi tinggi di kalangan pengusaha. Pada saat sama, hal itu akan meningkatkan daya saing pengusaha.


"Inilah alasan utama mengapa pemerintah menaikkan harga BBM beberapa waktu lalu. Subsidi akan dialihkan ke sektor lain seperti kesehatan, pendidikan, infrasruktur dan pertanian," ujar Rahmat.


Ia pun meminta kepada pihak swasta untuk ikut membantu memecahkan kendala yang dihadapi oleh IWAPI tersebut. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya