Sumber :
- ANTARA/Rosa Panggabean
VIVAnews
- Direktur Utama PT Garuda Indonesia Airlines (Persero), Emirsyah Satar, mengundurkan diri dari maskapai pelat merah pada Desember 2014. Padahal, masa jabatannya selesai Maret 2015.
VP Corporate Communication
Garuda Indonesia, Pujobroto, mengatakan bahwa Emir diangkat menjadi Dirut Garuda tanggal 22 Maret 2005--saat itu, menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN)-nya adalah Sugiharto--dan telah menjabat dua periode.
"Kalau di Dirut BUMN, maksimal dua periode, maksimal 10 tahun, selesainya 22 Maret 2015," kata Pujobroto, ketika dihubungi
Baca Juga :
Top Trending: Kisah 2 Tokoh Hebat Minangkabau Murtad, Jenderal Bintang 1 Termuda Saat ini
Baca Juga :
Terpopuler: Nasihat Mamah Dedeh Jika Keluarga Suami Nyakitin, Curhat CEO Starbucks Soal Karyawan
Pujobroto mengatakan, bahwa Emir telah mengajukan pengunduran diri sebagai Dirut Garuda dan telah menyampaikannya kepada pemegang saham. Dia pun membeberkan alasan Emir mundur lebih awal.
"Pertimbangannya, kalau bisa diganti saat ini disetujui, nanti tim baru akan bekerja dan siap lebih awal," kata dia.
Pujobroto mengatakan, kalau pergantiannya dilakukan Maret tahun depan, direksi baru akan kewalahan untuk bekerja.
"Tim baru akan bekerja lebih awal untuk pengembangan Garuda. Kalau Maret malah
nanggung
. Manajemen harus bekerja lewat satu kuartal," kata dia.
Pujobroto mengatakan, Emir membawa perubahan positif di Garuda. Misalnya jumlah pesawat meningkat dari 49 pesawat menjadi 160 pesawat dan 160 penerbangan per hari menjadi 600 penerbangan per hari.
"Waktu jadi Pak Emir jadi direktur keuangan tahun 1998, utang Garuda US$1,8 miliar. Waktu diangkat tahun 2005, utangnya kurang jadi US$850 juta. Waktu itu, Garuda harusnya sudah bangkrut (waktu Pak Emir masuk). Produktifnya tidak bagus, operasionalnya lambat, dan karyawannya tidak produktif waktu itu," kata dia. (ms)
Baca juga:
Halaman Selanjutnya
"Pertimbangannya, kalau bisa diganti saat ini disetujui, nanti tim baru akan bekerja dan siap lebih awal," kata dia.