Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
- Bank Indonesia mengungkapkan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat tidak selalu berdampak buruk terhadap ekonomi Indonesia. Di sisi lain, hal itu dapat memengakselerasi kinerja ekspor Indonesia.
Gubernur BI Agus Martowardojo, Kamis 22 Januari 2015, menyatakan bahwa hingga hari ini rata-rata nilai tukar rupiah berada di kisaran level Rp12.617 per dolar AS.
"Pada tahun ini perkiraan BI, nilai tukar rupiah akan ada di
range
Rp 12.300-12.900 per dolar," ujar Agus dalam rapat dengan Komisi XI DPR RI di gedung parlemen, Jakarta.
Menurut Agus, sebagai negara yang memiliki perekonomian terbuka, Indonesia pasti tidak akan bisa menghindari pengaruh global. Dalam hal ini, penguatan ekonomi AS berdampak terhadap pelemahan mata uang nehgara-negara berkembang dan maju di kawasan.
"Pergerakan rupiah akan mendorong penyesuaian ekonomi mendorong ekspor dan menekan impor, namun tetap harus diantisipasi," kata Agus.
Kejutan Ganda
Agus menjelaskan, kejutan ganda atau
twin shock
yang dihadapi saat ini adalah penurunan harga minyak yang terus menerus dan pemulihan ekonomi AS.
Namun, BI optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi ketimbang tahun lalu, yaitu 5,4-5,8 persen.
Selain karena konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tinggi pada tahun ini, ruang fiskal yang dimiliki untuk mendorong konsumsi dan investasi pemerintah meningkat tajam, seiring dengan reformasi kebijakan subsidi bahan bakar minyak yang dilakukan.
"Mohon kita bisa mempertimbangkan perekonomian dunia yang turun seperti yang diumumkan IMF kemarin dan penurunan harga minyak dunia," kata Agus. (ren)
Halaman Selanjutnya
Namun, BI optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi ketimbang tahun lalu, yaitu 5,4-5,8 persen.