Pemerintah Tak Cemaskan Stimulus Bank Sentral Eropa

Menteri Keuangan
Sumber :
  • ANTARA/Andika Wahyu
VIVA.co.id
- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Selasa 27 Januari 2015, menyatakan pemerintah tak mencemaskan langkah Bank Sentral Eropa (ECB) yang segera melaksanakan program pelonggaran kuantitatifnya pada Maret mendatang.


Menurut Bambang, kebijakan ECB untuk  menggelontorkan dana stimulus moneter hingga 60 miliar euro per bulan untuk pembelian obligasi itu tidak akan berdampak besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan
emerging market
, termasuk Indonesia.

Konsumsi Masyarakat Cenderung Melemah Walau Ekonomi Tumbuh

Karena, besaran stimulus ECB tidak lebih besar dibandingkan dana yang dikeluarkan Federal Reserve selaku bank sentral Amerika Serikat dalam program yang serupa. The Fed diketahui telah menghabiskan sekitar US$65 miliar hingga US$80 miliar per bulan untuk pembelian aset modal di pasar modal, sebagai upaya menahan pelemahan ekonomi AS setelah krisis yang menghantam pada 2008.
BPS: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III akan Membaik


Asumsi Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen Dinilai Sulit Dicapai
"Dampak stimulus Eropa tidak akan sebesar stimulus AS sebelumnya,” ujar Bambang dalam acara Mandiri Investment Forum 2015 di Jakarta.

Selain itu, stimulus AS sifatnya program berkelanjutan. Ketika The Fed memulai program stimulus moneternya, itu pun pertumbuhan ekonomi Tiongkok masih diproyeksikan semakin membaik.


Oleh karena itu, ia menegaskan, pemerintah saat ini lebih mengkhawatirkan tren pelambatan ekonomi Tiongkok terus berlanjut, ketimbang langkah ECB menggelontorkan stimulus moneter. Karena, penurunan laju perekonomian Tiongkok dapat menghambat tercapainya target pertumbuhan Indonesia pada tahun ini.


“Untuk saat ini yang menjadi pembeda adalah perlambatan ekonomi Tiongkok dan pelemahan harga komoditas. Khususnya minyak mentah,” kata Bambang. (art)


Baca juga:


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya