Sumber :
- Reuters/Fabrizio Bensch
VIVA.co.id -
Pemerintah Yunani mengancam akan meminta bantuan likuiditas kepada Rusia dan Tiongkok jika Uni Eropa tidak bersedia menolong negaranya mencegah krisis keuangan terjadi. Partai penguasa baru Yunani yang beraliran radikal kiri menyatakan lebih suka mencari uang di luar kawasan euro daripada harus memenuhi program penghematan yang diwajibkan oleh Eropa.
Seperti diberitakan
Telegraph,
Rabu 11 Februari 2015, situsi ini meningkatkan risiko keretakan kekuatan UE dan krisis NATO yang menyesakkan.
Menteri Pertahanan Yunani, Panos Kammenos, menyatakan bahwa negaranya sudah berupaya luwes dalam mencari kesepakatan untuk penyelesaian krisis utang yang hampir jatuh tempo. Namun, jika Jerman masih bersikap kaku dan justri ingin kekuatan Eropa terpecah-pecah, maka Yunani terpaksa menjalankan rencana alternatif.
"Kami memiliki cara lain untuk mendapatkan uang. Bisa jadi jalan terbaik adalah ke Amerika Serikat, Rusia, RRC, atau negara-negara lain," ujar Kammenos.
Baca Juga :
Ekonomi di Zona Euro Tumbuh 15%
Baca Juga :
Delapan Kebijakan OJK Topang Ekonomi Nasional
Baca Juga :
Alexis Tsipras Kembali Terpilih Jadi PM Yunani
Sementara Tiongkok memang memiliki cadangan devisa yang cukup. Namun pemerintah Negeri Tirai Bambu ini selalu sangat berhati-hati dalam kebijakan luar negeri.
"Semua orang telah menunggu China untuk menyelamatkan Eropa selama bertahun-tahun, tapi itu tidak pernah terjadi.
There is no Chinese white knight
," kata Ashoka Mody, mantan Ketua IMF yang menangani dana
bailout
di Eropa.
Pasar obligasi Yunani melonjak pada perdagangan Selasa dan bursa Athena naik 8 persen serta saham bank melonjak 20 persen di tengah harapan bahwa proposal utang baru Yunani yang akan dipresentasikan di Brussels akan membuka jalan bagi kesepakatan, sehingga mencegah pemotongan dukungan Bank Sentral Eropa (ECB) terhadap likuiditas sistem keuangan negara itu pada tanggal 28 Februari.
Isu Yunani terancam menjadi negara gagal dan keluar dari zona euro mencuat setelah ECB menolak memberikan akses likuiditas kepada Yunani apabila pemerintah Syriza mengambil sikap anti program penghematan yang disarankan Troika. (one)
Baca juga:
Halaman Selanjutnya
Sementara Tiongkok memang memiliki cadangan devisa yang cukup. Namun pemerintah Negeri Tirai Bambu ini selalu sangat berhati-hati dalam kebijakan luar negeri.