Sumber :
- REUTERS/Thomas Peter
VIVA.co.id -
Meningkatnya masalah ekonomi domestik dan global membuat Jepang meningkatkan ekspansi ekonomi ke Tiongkok. Tingkat investasi negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu meningkat drastis.
Total investasi Jepang di Tiongkok pada bulan Januari, naik 46,9 persen ( year on year /yoy). Sementara itu, jumlah perusahaan baru yang dibentuk oleh investasi Jepang meningkat 3,5 persen, menurut laporan Departemen Perdagangan Tiongkok.
Baca juga:
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Total investasi Jepang di Tiongkok pada bulan Januari, naik 46,9 persen ( year on year /yoy). Sementara itu, jumlah perusahaan baru yang dibentuk oleh investasi Jepang meningkat 3,5 persen, menurut laporan Departemen Perdagangan Tiongkok.
"Jepang masih menghadapi masalah, seperti lambatnya permintaan di pasar global tahun lalu, inflasi, kekurangan tenaga kerja dan defisit keuangan jangka panjang," kata Zhao Zhongxiu, seorang profesor di University of International Business and Economics, dikutip
China Daily
, Rabu, 18 Februari 2015.
Pada konferensi pers, kementerian perdagangan Tiongkok tidak memberikan jumlah total besaran investasi Jepang bulan lalu.
Shen Danyang, juru bicara kementerian, mengakatakan beberapa hal seperti angkatan kerja berkualitas tinggi dan perbaikan lingkungan bisnis menjadi faktor utama yang menarik investor Jepang.
Peningkatan investasi pada bulan Januari 2015 ini tentu sebuah sejarah baru, setelah sepanjang tahun 2014 lalu sempat menurun. Investasi langsung Jepang di Tiongkok tahun 2014 turun 38,8 persen (yoy) menjadi hanya US$4,33 miliar.
Memang di tahun 2014 itu sempat terjadi ketegangan antar dua negara. Utamanya, isu-isu sejarah teritorial dan perang masa lalu. Di luar itu, sepanjang 2014 kemarin, biaya operasional di Tiongkok juga meningkat.
"Tren pertumbuhan Januari akan berlanjut karena Tiongkok sudah mendiversifikasi jaringan ekspor melalui
platform e-commerce
, yang bisa menguntungkan perjanjian bebas bilateral atau multirateral," ujar Shen Dayang.
Baca juga:
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Jepang masih menghadapi masalah, seperti lambatnya permintaan di pasar global tahun lalu, inflasi, kekurangan tenaga kerja dan defisit keuangan jangka panjang," kata Zhao Zhongxiu, seorang profesor di University of International Business and Economics, dikutip
