Aktivitas Pabrik Tiongkok Meningkat, Reaksi Pasar Positif

Bursa saham Jepang.
Sumber :
  • REUTERS/Issei Kato
VIVA.co.id -
Menanti Data Inflasi China, Bursa Asia Dibuka Naik
Aktivitas pabrik-pabrik industri di Tiongkok mengalami peningkatan pada bulan Februari. Ini merupakan ekspansi sektor manufaktur Tiongkok yang pertama kalinya dalam kurun empat bulan terakhir.

Volume Ekspor China Meningkat, Bawa Angin Segar bagi RI?

Seperti diberitakan
Investor China Akan Relokasi Pabrik ke Indonesia
Reuters , Rabu 25 Februari 2015, kenaikan indeks pembelian manajer (Purchasing Managers Index/PMI) sebagai indikator kinerja sektor manufaktur di Tiongkok ini menjadi kabar menggembirakan bagi para investor. Karena, diperkirakan indeks ini mengalami menurun pada bulan ini.


Data dirilis HSBC menunjukkan bahwa indeks PMI naik ke level 50,1 dari posisi 49,7 pada akhir bulan Januari. Level di atas 50 pada indeks ini mencerminkan peningkatan kinerja, jika semakin tinggi maka dapat menjadi sinyal bahwa laju pertumbuhan industri pun kian pesat. Sebaliknya, jika angka PMI di bawah level 50, menandakan terjadi pelambatan produktivitas industri.


Aktivitas pabrik Tiongkok telah mengalami kontraksi pada Januari dan Desember, atau memperpanjang tren penurunan PMI sejak November tahun lalu.


Pasar bereaksi positif atas kenaikan PMI Februari. Antara lain nilai tukar dolar Australia menguat terhadap dolar AS dan yen, sedangkan indeks China's Shanghai Composite membalas kerugian untuk kembali memasuki wilayah positif, adapun indeks Hang Seng Hong Kong tampak cenderung mendatar.


Namun, di bagian lain data itu mengungkapkan tanda-tanda yang menggelisahkan. Pesanan ekspor baru menyusut untuk pertama kalinya sejak rekor April tahun lalu, tergelincir ke level 47,1 atau menunjukkan permintaan luar negeri sedang melemah.


"Data hari ini menunjukkan perbaikan di sebagian sektor manufaktur Tiongkok masuk ke periode Tahun Baru Cina pada bulan Februari. Namun, kegiatan ekonomi domestik kemungkinan akan tetap lamban dan permintaan eksternal terlihat tidak pasti," ujar Hongbin Qu, kepala ekonom dan Riset Ekonomi Asia di HSBC.


Ekonomi Tiongkok tumbuh 7,4 persen pada tahun 2014, atau laju yang paling lambat dalam kurun 24 tahun belakangan ini. Pelambatan ekonomi Tiongkok dipicu kelesuan pasar properti, permintaan domestik yang menyusut, dan gejolak ekspor.


The People's Bank of China selaku bank sentral Tiongkok telah merespon dengan injeksi stimulus, memberlakukan penurunan suku bunga yang drastis di bulan November, disusul pengurangan rasio cadangan wajib minimum bagi bank-bank besar pada awal Februari.


Analis menggarisbawahi pelonggaran kuantitatif diperlukan demi perbaikan ekonomi Tiongkok. (ren)


Baca juga:



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya