Perwakilan BKPM Diminta Aktif Promosikan Investasi di RI

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani.
Sumber :
  • ANTARA/Ismar Patrizki
VIVA.co.id -
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mendorong perwakilan BKPM di luar negeri (Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) untuk aktif mempromosikan investasi di Indonesia. Hal ini bertujuan agar target investasi bisa tercapai.


"Kinerja IIPC selama ini sudah berjalan dengan baik sebagai ujung tombak dalam memfasilitasi minat investasi para investor di luar negeri. Melihat animo yang begitu tinggi dari para investor asing yang difasilitasi oleh IIPC, kami optimistis target investasi sebesar Rp3.500 triliun dalam lima tahun ke depan bisa tercapai," kata Kepala BKPM, Franky Sibarani, dalam keterangannya, Rabu 25 Februari 2015.


Kala itu, Franky tengah mengadakan rapat koordinasi terbatas dengan perwakilan IIPC di delapan negara, yaitu Singapura, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Jakarta dan Surabaya Jadi Fokus Kemudahan Berusaha


Jokowi Minta Kemudahan Berusaha Naik, Ini Langkah BKPM
Franky mengatakan bahwa instansi pemerintahan ini memproyeksikan realisasi investasi selama 2015-2019 sebesar Rp3.500 triliun atau dua kali lipat daripada realisasi investasi sepanjang 2010-2014 yang sebesar Rp1.632,8 triliun.

BKPM Akan Sederhanakan Izin Pembangunan Smelter

Dia berharap agar 60 persen target investasi dalam lima tahun itu bisa direalisasikan oleh perwakilan IIPC dan 40 persen lewat fasilitasi BKPM di Indonesia.


"Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sebesar 5,1 persen, pemenuhan kebutuhan lapangan pekerjaan baru sebanyak 2 juta setiap tahunnya belum dapat tercukupi. Untuk mencapai perekonomian yang kokoh dan stabil, perekonomian kita harus tumbuh sebesar 7-8 persen. Bagaimana mencapai pertumbuhan tersebut? Tentunya melalui investasi,” ujar Franky.


Dalam merealisasikan target tersebut, Franky pun meminta IIPC untuk fokus mengejar investor dari lima sektor prioritas, yaitu industri padat karya, industri substitusi impor, industri berorientasi ekspor, hilirisasi, pertanian, dan maritim. (one)

Baca juga:




Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya