Peduli Lingkungan, Pemuda Ini Makan Serangga

Hidangan Serangga di Restoran Paris
Sumber :
  • REUTERS/Charles Platiau

VIVA.co.id - Bagi kaum hawa, menjalani diet ekstrem bisa jadi dianggap tantangan kecantikan yang harus ditaklukkan. Namun, bagi pemuda ini, diet ekstrem yang dia jalani didasari alasan yang lebih mulia. 

Tips Sukses Jalani Usaha Kecil dari Pengusaha Sepatu

Dia melakukannya demi lingkungan. 

Dilansir Oddity Central, Camren Brantley-Rios dari Alabama, Amerika Serikat, hanya mengonsumsi serangga selama satu bulan. Sepanjang bulan Februari, Camren makan serangga tiga kali sehari. 

Kisah Sukses Pria Probolinggo, Pilih Berdagang daripada PNS

Pemuda 21 tahun itu mendokumentasikan seluruh pengalamannya ke dalam blog berjudul "30 Days of Bugs". 

Dia percaya, protein hewani konvensional yang didapat dari binatang berkaki empat, seperti sapi, babi, dan kambing, bisa merusak keberlanjutan lingkungan. Karena itu, Camren ingin memperkenalkan sumber protein hewani baru, yang tidak hanya sehat bagi tubuh manusia, tapi juga bagi bumi. 

Dari Bisnis Online, Pria 25 Tahun Bisa Beli Rumah dan Mobil

Sebelum melaksanakan idenya, Camren mengaku pernah jijik dengan ide serangga sebagai makanan. Namun, setelah merasakannya sendiri selama satu bulan penuh, Camren justru tergila-gila pada serangga. 

"Ada tiga jenis serangga yang saya sukai, jangkrik, ulat kayu dan larva kumbang. Rasanya gurih," tutur Camren.

Tidak semata-mata memakannya langsung, Camren kerap berkreasi membuat serangga jadi menu yang eksotis, dan mudah dicerna. Beberapa menu favoritnya adalah ulat kayu orak-arik, atau burger jangkrik dan salad larva. 

"Untuk makan malam, biasanya saya membuat nasi goreng larva," ujarnya saat diwawancara BBC. 

Dia pun berargumentasi, larva terasa nikmat. Tidak kalah dengan daging konvensional. "Tambahkan saja kecap asin," katanya. 

Namun, Camren mewanti-wanti agar seluruh serangga dimasak matang. Sebab, jika hanya setengah matang, serangga akan bergerak-gerak. "Rasanya geli jika masih setengah matang. Tapi kalau dimasak matang dan diberi bumbu, larva akan terasa lembut, seperti udang," paparnya. 

Tidak sekadar menumisnya, Camren pun giat berkreasi. Dia membuat sushi atau makanan penutup. Bahkan ibu Camren menyukai cokelat jangkrik yang dia buat. 

"Ibu saya menyukainya. Dia bilang rasanya manis dan renyah, seperti praline," kata Camren, bangga.

Kendati demikian, tidak semua petualangan kuliner serangga Camren menyenangkan. Ada beberapa jenis serangga yang menurutnya tidak enak dimakan dan meninggalkan rasa tidak nyaman di mulut. 

"Ulat sutra rasanya tidak enak. Terlalu lembek dan pahit," katanya. 

Pengalaman unik Camren menarik perhatian peneliti di Pennsylvania State University. Profesor Ilmu Pangan Audrey Maretzki menyatakan serangga adalah makanan masa depan karena tinggi kalori dan protein. Serangga juga kaya mineral esensial yang dibutuhkan tubuh.

Lebih lanjut, Maretzki berharap proyek "30 Days of Bugs" yang dilakukan Camren diikuti banyak orang. "Kita harus mengubah persepsi masyarakat bahwa serangga adalah sumber protein hewani yang baik, bukan makanan menjijikkan," tuturnya.

Selain itu, Maretzki mengatakan serangga lebih ramah lingkungan karena tidak dibutuhkan lahan besar untuk menternakkannya.

![vivamore="
Baca Juga
:"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya