Menilik Sejarah Bedak

Ilustrasi bedak
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id
Daun Cabai Mampu Atasi Masalah Kulit
- Saat ini, bedak bukan lagi barang asing. Produk kecantikan ini digunakan oleh segala usia. Mulai dari bayi hingga orang dewasa. Namun, bedak lebih identik dengan wanita.

Masker Aspirin Mampu Bersihkan Pori-pori Wajah
Tetapi, tahukah Anda bahwa pada awalnya, bedak justru tidak digunakan untuk kecantikan, melainkan untuk keperluan spiritual? 

Suka Dandan Menyeramkan, Wanita Ini Dianggap Aneh
Dilansir dari Historia, di masa lalu, bedak digunakan oleh masyarakat Timur Tengah untuk alasan spiritual. Mereka menganggap, dengan membalur tubuh dengan bedak, bisa menjauhkan diri dari roh-roh halus. 

Bahannya merupakan campuran dari kapur dan tanah liat. Kemudian, fungsinya bergeser menjadi alat kecantikan sejak digunakan oleh Cleopatra.

Ratu Timur Tengah itu sangat peduli dengan penampilannya. Selain pada parfum, ia menaruh perhatian besar terhadap bedak. Bahan baku pembuatan bedaknya pun terbilang ekstrem, yakni dari kotoran buaya yang ia buat menjadi bubuk halus.


Sementara itu, wanita dengan status sosial rendah menggunakan bedak muka berbahan tepung terigu. Seperti di Tiongkok dan Jepang, para geisha menggunakan tepung beras sebagai bedak muka.

Penggunaan beras sebagai bahan pembuatan bedak sempat membuat persediaan beras menurun pada abad ke-15. Namun, itu tak menghalangi orang-orang kaya untuk berdandan. Bahkan, seabad kemudian, beras dan terigu menjadi inti dari mode dan gaya hidup di Prancis, Spanyol, dan Inggris.

Para wanita ningrat menaburkan banyak bedak ke wajah, tangan, dan bahu untuk menyembunyikan cacat di kulit, atau membuatnya terlihat lebih muda dan segar. Campur tangan penguasa membuat pamor bedak meredup pada akhir abad ke-18.

Penguasa Prancis dan Eropa lainnya melarang pembuatan bedak untuk menghemat terigu atau beras. Ratu Victoria juga sempat melarangnya, karena menganggapnya vulgar. Kala itu, bedak juga merupakan aksesori utama para pelacur. Lalu, bedak mulai meraih popularitasnya kembali di awal abad ke-20.

Bedak dengan wujud seperti sekarang diciptakan di Prancis. Bahan dasarnya talk tanpa campuran timah yang bisa mengiritasi kulit. Hampir bersamaan, Anthony Overton meluncurkan bedak pertama untuk orang Afro, dengan merek High Brown Brand. Kala itu, orang kulit putih masih melarang orang kulit hitam menggunakan bedak.

Pada 1923, perusahaan Inggris Laughton & Sons menciptakan wadah bedak yang nyaman, lengkap dengan sponsnya. Jeda beberapa saat, penata gaya legendaris Hollywood, Max Factor meluncurkan bedak dasar yang bisa digunakan setiap hari, Pan Cake. Lalu, Helena Rubinstein membuat bedak murah pada awal 1940-an dengan merek yang menggunakan namanya. Bedak dengan fungsi lebih spesifik juga bermunculan.

Perusahaan Johnson & Johnson (J&J), yang awalnya tak sengaja terjun di segmen ini, mengembangkan dan meraih keuntungan dari bedak bayi.

Konsumsi bedak terus meningkat. Di Amerika Serikat, menurut sejarawan Gary Dean Best, sebagaimana ditulis Brian Greenberg dan Linda S Watt dalam Social History of the United States, Vol. 1, pada akhir 1920-an saja wanita Amerika tiap tahunnya menggunakan 4.000 ton bedak. Itu, belum termasuk produk kosmetik lainnya. (asp)

![vivamore="Baca Juga :"]

[/vivamore]

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya