Sumber :
- www.bali.litbang.pertanian.go.id
VIVA.co.id
- Kabupaten Polewali Mandar, atau lebih dikenal dengan Polman, merupakan salah satu lumbung padi di provinsi Sulawesi Barat.
Wilayah hasil pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2004 ini, berupaya mengembangkan potensi utama yaitu produktivitas tanaman pangan. Agroekosistem yang didukung dengan sumber daya lahan dengan lanscape datar dan terhampar, serta sumber daya air yang berasal dari hulu sungai saddang mendorong sebagian besar masyarakat bercocok tanam padi.
Hingga tahun 2013, produksi gabah kering panen di wilayah tersebut mencapai 178.130 ton gabah, dengan luas panen 35.839 Ha, rata-rata produksi per hektar sebesar 4,97 ton. Meskipun dari tahun ke tahun terjadi fluktuasi, produksi padi cenderung mengalami peningkatan produksi. Peningkatan didukung oleh kawasan pencetakan sawah baru, sehingga sebagian besar produksi padi 97,33 persen dihasilkan dari lahan padi sawah, sedangkan sisanya dari padi ladang.
Selain pencetakan sawah baru, upaya peningkatan produktivitas dilakukan melalui berbagai teknologi. Penggunaan pupuk berimbang, pengelolaan jarak tanam, dan penggunaan varietas unggul, terintegrasi pada teknologi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) yang diperkenalkan melalui program SL-PTT (Sekolah Lapang-Pengelolaan Tanaman Terpadu). Pemanfaatan teknologi telah diadopsi dengan baik oleh petani, indikasinya bahwa wilayah dengan irigasi teknis mengalami peningkatan produksi hingga mencapai 8 ton/ha.
Hal tersebut dirasakan oleh Abdullah selaku Kepala BPP Matakali, Kab. Polman, bahwa wilayah binaannya dan tim penyuluh di BPP Matakali bisa dibanggakan. Kebanggaan ini bukan berarti, program-program pemerintah yang ada selalu diberikan pada wilayah binaan tersebut. Program UPSUS (upaya khusus) 2015 misalnya, di wilayah Matakali hanya mendapatkan program optimasi lahan yang merupakan 1 dari 7 program yang dicanangkan.
"Benih, GP-PTT, jaringan irigasi, Alsintan, Pupuk, lebih diprioritaskan pada wilayah dengan produktivitas di bawah 5 ton/ha, yaitu di daerah Mamasa dan sekitarnya. Makanya, binaan BPP Matakali hanya mendapatkan program pemantapan agar musim kedua ini masih dapat mengejar target 8 ton/ha lagi,” imbuh Abdullah.
Menginjak musim tanam kedua, rata-rata petani di wilayah Matakali tanam pada bulan Juni-Juli 2015. Sumber daya air, serta dukungan pengawalan secara pembinaan maupun pengawalan ketersediaan saprodi, terutama pupuk oleh pihak aparat dalam program UPSUS diharapkan mampu mencapai produktifitas yang ditargetkan.
Baca Juga :
Produksi Padi 2015 Terbesar Satu Dekade
Teknik-teknik yang telah tersedia ini, perlu diupayakan untuk didiseminasi, sehingga upaya meminimalkan kejadian tungro di lapangan dapat berhasil. Terobosan yang dilakukan oleh Loka Penelitian Penyakit Tungro (Lolittungro) berkoordinasi dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbang TP), dan berkerjasama dengan Badan Penyuluh Kab. Polman, serta Loka Penelitian dan Pengkajian Pertanian, Sulbar (LPTP-Sulbar) akan mengawal implementasi teknik pengendalian tungro yang akan difokuskan di daerah matakali, yang nantinya akan diselenggarakan puncak kegiatan temu lapang bersama petani, penyuluh, dan stakeholder yang diagendakan pada september 2015 mendatang.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Teknik-teknik yang telah tersedia ini, perlu diupayakan untuk didiseminasi, sehingga upaya meminimalkan kejadian tungro di lapangan dapat berhasil. Terobosan yang dilakukan oleh Loka Penelitian Penyakit Tungro (Lolittungro) berkoordinasi dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbang TP), dan berkerjasama dengan Badan Penyuluh Kab. Polman, serta Loka Penelitian dan Pengkajian Pertanian, Sulbar (LPTP-Sulbar) akan mengawal implementasi teknik pengendalian tungro yang akan difokuskan di daerah matakali, yang nantinya akan diselenggarakan puncak kegiatan temu lapang bersama petani, penyuluh, dan stakeholder yang diagendakan pada september 2015 mendatang.