Ilmuwan: Robot Sama Bahayanya dengan Nuklir

Ilustrasi kerja sama robot dan manusia.
Sumber :
  • REUTERS/Rick Wilking
VIVA.co.id
Mengenal Lebih Jauh Tentang Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI)
- Protes keberadaan Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan (robot) terus menyeruak. Seorang profesor komputer menyebutkan kalau robot tersebut sama bahayanya dengan senjata nuklir.

Manusia Tidak akan Merasa Sakit Lagi di Masa Depan

Profesor bernama Stuart Russell yang tak lain adalah ilmuwan komputer, telah melakukan penelitian terhadap kecerdasan buatan. Ia mengkhawatirkan kondisi saat ini, perkembangan AI dianggap sangat berkembang pesat sehingga akan berpotensi mengancam kehidupan manusia.
Trik Kelola 'Cuan' Ala Influencer & Public Figure


Russell mengemukakan, kekhawatirannya ini karena takut teknologi tersebut mudah dimanfaatkan untuk kepentingan militer sebagai senjata. Bahkan menempatkan Al sebagai 'penguasa' senjata militer tersebut.


Pendapat ini dipicu saat Russell melihat perkembangan AI oleh Boston Dynamics. Perusahaan tersebut baru saja diakuisi oleh Google. Disebutkan, Boston Dynamics mempunyai keinginan untuk mengembangkan robot otonom yang dapat digunakan oleh militer.


Menurutnya ada kaitan antara senjata nuklir dengan kecerdasan buatan. Nuklir merupakan pemasok energi maka begitu pula dengan senjata. Bila ada energi tak terbatas maka ada kecerdasan tidak terbatas pula.


"Peraturan senjata nuklir berkaitan dengan benda-benda dan bahan, sedangkan dengan AI akan masih membingungkan perangkat lunak yang belum bisa kita jelaskan. Saya belum mengetahui ada peraturan baik di dalam maupun di luar AI karena kita tidak tahu bagaimana menulis peraturan tersebut," ujar Russell dikutip dari
Daily Mail
, Senin, 20 Juli 2015.


Russell yang juga seorang peneliti dari University of California Barkeley dan Pusat Studi Risiko Eksistensial di Cambridge University, memperingatkan perkembangan teknologi bila tak dijaga, hasilnya akan mempengaruhi kehidupan manusia di masa mendatang.


"Bagi mereka yang mengatakan (kecerdasan buatan) baik. Kita mungkin tidak pernah ke level sana. Saya akan menjawab, ini seperti mengemudi lurus ke arah tebing dan berkata 'mari kita berharap kehabisan bensin segera'," kata dia.


Diketahui, April lalu Russell telah menyuarakan keprihatinannya terhadap perkembangan AI di pertemuan PBB di Jenewa, Swiss. Namun, hingga saat ini pihak PBB belum memberikan responnya terhadap keluhan Russell itu.


Pernyataan Russell ini secara tidak langsung semakin menggemakan suara ketidaksetujuan terhadap adanya kecerdasan buatan di tengah-tengah masyarakat. Sebelumnya, CEO SpaceX dan Tesla, Elon Musk, merupakan sosok yang paling keras menentang keberadaan AI.


Selain Musk, fisikawan terkenal, Stephen Hawking, dan Pendiri Microsoft, Bill Gates, pun satu suara menetang kecerdasan buatan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya