Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
- Masih belum stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berimbas pada penjualan sektor otomotif roda empat di Indonesia.
Ketua III Gaikindo, Johnny Darmawan, mengatakan, dengan kondisi tersebut, ternyata secara psikologis memiliki efek yang bisa memengaruhi daya beli masyarakat.
"Target 1,1 juta unit itu sudah direvisi. Tapi, kalau saya lihat kecenderungan saat ini hanya satu juta unit," ujarnya
Karena itu, dia meminta kepada pemerintah untuk langsung turun tangan. Pemerintah dapat ikut membantu dengan mempercepat realisasi proyek infrastruktur, supaya menjadi pendorong gairah daya beli di saat ekonomi Indonesia yang tengah lesu dan belum stabil.
Dari sisi nilai tukar rupiah, Johnny juga mengakui pengusaha otomotif sangat terpukul. Meskipun ada mobil yang 85 persen komponennya sudah dibuat di Indonesia, bahan baku komponen tetap ada yang diimpor.
Tentunya, kondisi ini memengaruhi biaya produksi yang semakin meningkat. Belum lagi suku bunga pinjaman yang tidak turun, meskipun Bank Indonesia telah mengoreksi BI Rate.
"Sekarang ini boleh dikatakan BI Rate 7,5 persen, tapi kenyataan di lapangan, bank-bank takut NPL-nya (kredit bermasalah). Jadi, suku bunga tidak akan turun, meningkat terus," kata dia.
Meski begitu, dengan kondisi ekonomi Indonesia yang belum stabil, industri otomotif diharapkan masih terus "berbicara" banyak jika dilihat dari segi pemasaran.
"Tapi, saya percaya bahwa otomotif tetap menjanjikan. Kami bisa bersaing dengan negara-negara tetangga seperti Thailand dan Korea Selatan, bahkan Jepang," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Karena itu, dia meminta kepada pemerintah untuk langsung turun tangan. Pemerintah dapat ikut membantu dengan mempercepat realisasi proyek infrastruktur, supaya menjadi pendorong gairah daya beli di saat ekonomi Indonesia yang tengah lesu dan belum stabil.