Sumber :
- Antara/Puspa Perwitasari
VIVA.co.id
- Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia diprediksi mengalami tekanan. Rilis kinerja emiten kuartal kedua dan pergerakan rupiah akan mendominasi sentimen dari pasar.
Analis First Asia Capital, David N Sutyanto, mengatakan kinerja kuartal kedua diyakini tidak terlalu baik sehingga koreksi rentan terjadi.
Baca Juga :
IHSG Ditutup Menguat ke Level 5.458
Baca Juga :
Dibuka Menguat, IHSG Lanjutkan di Jalur Hijau
Baca Juga :
Arus Modal Mengalir, Cermati Saham-saham Ini
) senilai Rp162,696 miliar di seluruh pasar.
"Minimnya sentimen positif membuat IHSG sulit bergerak ke atas. Aksi jual langsung ramai sejak awal perdagangan dan menyeret IHSG ke zona merah," tuturnya.
David menjelaskan, sentimen positif datang dari global dengan membaiknya kondisi krisis utang Yunani dan rilis kembali surplusnya neraca perdagangan Indonesia.
Namun, saat kembali buka pasar justru didera sentimen negatif dari pernyataan Gubernur The Fed, Jannet Yellen yang memastikan kenaikan suku bunga pada tahun ini.
Selain itu indeks manufaktur China secara tidak terduga tertekan ke level terendah dalam 15 bulan terakhir. Data yang dirilis oleh Caixin Media and Markit Economics menunjukkan, data awal Purchasing Managers' Index (PMI) China pada Juli berada di level 48,2. Angka tersebut turun dari bulan sebelumnya yang berada di level 49,4.
Sentimen negatif dari anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada akhir pekan turut memberi tekanan terhadap bursa domestik. Bank Indonesia (BI) memberikan proyeksi terbarunya mengenai current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan.
Otoritas moneter ini, kata David, memproyeksi defisit transaksi berjalan triwulan II tahun 2015 akan berada pada level di bawah 2,3 persen dari PDB. Prediksi itu lebih rendah dari sebelumnya, sebab sebelumnya BI memperkirakan defisit triwulan II pada level 2,5 persen dari PDB. (ren)
Halaman Selanjutnya
) senilai Rp162,696 miliar di seluruh pasar.