- Facebook/Tigor Silaban
VIVA.co.id - Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) kembali digelar. Tahun ini, PAB ke-XIII menganugerahkan penghargaan kepada seorang dokter berprestasi, Tigor Silaban.
Tigor layak mendapat acungan jempol. Dia juga pantas menjadi salah satu tokoh yang dipilih sebagai penerima penghargaan Achmad Bakrie.
Sebagai seorang dokter--yang sekarang menjadi spesialis epidemiologi--Tigor memiliki potensi untuk mengukir karir yang cemerlang di setiap kota besar, dengan remunerasi yang sangat baik.
"Saya sengaja mencari pekerjaan yang sulit dan penuh tantangan," kata laki-laki yang dilahirkan di Bogor, 1 April 1953 ini.
Ketika lulus dari sekolah kedokteran di Universitas Indonesia pada 1978, dia mendaftarkan diri untuk bekerja di Papua. Saat itu namanya masih Irian Jaya. Masih sering terjadi konflik. Dia bahkan meminta ditempatkkan di daerah paling berbahaya, Distrik Oksibil. Tapi demi keselamatan semua orang, pemerintah setempat menolak permintaan tersebut.
Tugas pertama Tigor di Puskesmas Bokondini, Kabupaten Wamena. Saat awal kali bertugas itu, dia baru saja menikahi Joan Maureen Tielman. Inilah titik awal eksplorasi dokter di hutan Papua.
Tigor bekerja hampir 24 jam sehari. Di pagi hari, dia mengurus administrasi. Sore hari dia pergi ke desa-desa, dan malam dia melakukan segala macam operasi.
"Saya melakukan persalinan, operasi jantung, operasi tulang belakang, bahkan membuka tengkorak," katanya.
Seluruh operasi besar ini dilakukan dengan menggunakan peralatan primitif.
Karena perjuangannya itu, dia dinilai layak mendapatkan penghargaan Achmad Bakrie.
Kapal Selam Lokomotif Kemajuan Industri RI
Kemajuan teknologi dimulai dari alutsista. Kapal selam jadi simbol.
