Rupiah Babak Belur, Gubernur BI: Lebih Baik dari Malaysia

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA.co.id - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengklaim, kondisi nilai tukar rupiah, yang saat ini sudah mencapai Rp14.000 per dolar Amerika Serikat (AS), jauh lebih baik dibanding negara tetangga.

Rupiah Masih Tertatih-tatih untuk Kembali Menguat

"Rupiah kita saat ini jauh lebih baik dibandingkan Malaysia atau negara lain. BI turut berperan penting dalam menjaga stabilisasi ekonomi Indonesia," kata Agus saat memebri sambutan di SMP Pangudi Luhur Jakarta, Rabu, 26 Agustus 2016.

BI menggelar kegiatan mengajar dengan tema Cinta dan Kerja BI Untuk Bangsa di SMP Pangudi Luhur. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 RI dan HUT ke-62 BI.

BI Tak Akan Perlonggar Uang Muka Kredit Motor

Agus mengimbau kepada seluruh pelajar agar lebih mencintai rupiah sejak usia dini.

"Kita 70 tahun merdeka. Pakai rupiah, bisa memperkokoh ketahanan bangsa. Kita harus cinta rupiah," katanya menambahkan.

Harapan BI dari Penerapan 7 Days Repo Rate

Selain memberikan kuliah khsusus bagi pelajar SMP Pangudi Luhur, Agus turut membuka sesi tanya jawab bagi para siswa. Salah satu siswa Pangudi Luhur, Bryan bertanya dengan lantang kepada Gubernur BI.

"Pak, kan sekarang dolar naik, rupiah jadi turun. Apa langkah dari Bank Indonesia supaya tidak menurun terus?" tanya Bryan.

Agus menjawab sembari mengenang masa dimana saat ia bersekolah dahulu. "Pertanyaannya bagus sekali. Saya alumni SMP dan SMA Pangudi Luhur. Banyak orang pandai di sini. Jadi, adik-adik harus punya karakter, integritas, jujur, disiplin, dan kreatif," ujar Agus menjawab pertanyaan Bryan.

Selain itu, siswa lain, Kevin turut memberikan Agus satu pertanyaan yang berkaitan dengan pelemahan rupiah. "Mengapa pelemahan bisa bikin perusahaan bangkrut, Pak?" tanya Kevin.

Agus mengatakan, pelemahan rupiah ini memberikan risiko tersendiri bagi sejumlah dunia usaha.

"Perusahaan butuh pinjaman. Sementara pinjamannya pakai valuta asing. Penerimaannya kan pakai rupiah. Kalau rupiah melemah, permintaannya sedikit. Makanya, lama-lama bisa bangkrut," ujarnya.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya